JAKARTA. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang telah memperoleh penghargaan sebagai “Sahabat Pers” dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada Hari Pers Nasional (HPN) ke-68 tahun 2014 di Bengkulu, mengemukakan, sesungguhnya selama hampir 10 (sepuluh) tahun memimpin negeri ini, pers sering
cynical dan kurang bersahabat pada dirinya. “Tiada hari tanpa kritik dan kecaman terhadap saya, tiada hari tanpa pergunjingan dan desas-desus untuk saya dan keluarga saya,” kata Presiden SBY saat memberikan sambutan pada puncak peringatan HPN 2014 di Benteng Marlborough, Bengkulu, Minggu (9/2) seperti dikutip dari situs resmi Setkab RI. Tetapi di balik itu, menurut Presiden SBY, ada jasa besar pers terhadap dirinya, sehingga meski terus diserang dan dikritik selama hampir 10 tahun, ia masih tetap bertahan.
“Saya tidak tergoda untuk menyalahgunakan kekuasaan, dan saya tidak ceroboh dan gegabah mengambil keputusan dan kebijakan,” ujar Presiden SBY mengenai jasa besar pers terhadap kepemimpinannya. Diakui Presiden, banyak cerita di dunia ini, dimana penguasa pantang dikritik dan disalahgunakan. Kalau ada yang menyerang langsung ditindak secara represif atau diciduk. Akibatnya, rakyat tidak kuat, dan sang penguasa pun tidak bisa bertahan. “Alhamdulillah saya bisa bertahan, terima kasih pers atas jasa baiknya,” ucap Presiden SBY yang mengaku tetap bersedia menjadi “Sahabat Pers” saat tidak lagi menjadi Presiden RI bulan Oktober mendatang. Permintaan Maaf Masyarakat Pers Sementara itu Ketua Dewan Pers Bagir Manan atas nama segenap insan pers mengucapkan terima kasih atas keikutsertaan Presiden menumbuhkan, memelihara dan menjaga kebebasan pers. "Kami yakin hal itu bapak lakukan semata mata atas dasar keyakinan yang dalam bahwa pers yang merdeka, dengan berbagai kekurangannya jauh lebih berguna daripada pers yang terbelanggu. Pers yang bebas merupakan salah satu prasyarat rakyat berdaulat, prasyarat demokrasi," ucap Bagir Manan. Diakui oleh Ketua Dewan Pers itu,dalam perjalanan pers bebas, tidak jarang Presiden SBY kena efek sampingan yang eksesif. Meskipun biasanyan efek sampingan acap kali menimbulkan kegundahan, menurut Bagir, dalam berbagai perjalanan sejarah kemanusiaan tidak jarang efek sampingan memperkaya cakrawala dan kearifan. "Sekali-sekali, efek sampingan menjadi modal kemajuan dan kematangan peradaban. Dalam kaitan ini dengan kebebasan pers di negeri kita, sangat diharapkan , melalui efek sampingan itu kita menjadi lebih waspada dan menjadi arif menjaga cita-cita luhur kita sendiri," ujar Bagir Manan.
Ketua Dewan Pers itu meyakini,ketika Presiden SBY menentukan pilihan untuk ikut menumbuhkan, membesarkan dan menjaga kemerdekaan pers, risiko eksesif termasuk kalkulasi yang tidak dapat dielakkan. "Namun, kami menyadari kalau sekali-kali Bapak diperlakukan tidak adil, diperlakukan berlebihan, izinkan saya atas nama masyarakat pers menyampaikan permohonan maaf yang sebesar besarnya. Telah menjadi hukum besi alamiah, setiap otoritas akan selalu berdampingan dengan perbedaan bahkan pertentangan," kata Ketua Dewan Pers Bagir Manan. Turut hadir dalam puncak peringatan HPN 2014 di Bengkulu itu antara lain : Menko Polhukam Djoko Suyanto, Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Menko Kesra Agung Laksono, Menkominfo Tifatul Sembiring, Mensesneg Sudi Silalahi, Seskab Dipo Alam, Mendikbud M. Nuh, Ketua PWI Margiono, Ketua Dewan Pers Bagir Manan, dan Gubernur Bengkulu Junaidi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dikky Setiawan