KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebagai bank yang fokus pada kepemilikan rumah, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) turut mendorong pekerja sektor informal untuk memiliki hunian. Ini tercermin dari terus meningkatnya Kredit Pemilikan Rupiah (KPR) ke sektor tersebut yang terus bertambah. Selama 47 tahun berdiri, BTN telah menyalurkan KPR ke sektor informal sebesar Rp 52 triliun. Di mana, ada sekitar 410.000 unit yang dibiayai.
Nilai tersebut semakin bertambah selama lima tahun terakhir. Di mana, periode waktu tersebut BTN telah menyalurkan KPR ke sektor informal sekitar 133.000 unit atau senilai Rp 22 triliun.
Baca Juga: Permudah Gen Z dan Milenial Punya Rumah, KPR BTN Syariah Hadir dengan Tenor 30 Tahu "Kami telah menyalurkan pembiayaan perumahan kepada driver ojek online, pedagang pasar, marbot masjid istiqlal, tukang cukur garut, guru honorer di daerah Kendal dan sektor informal lainnya,” ujar Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu dalam keterangan resmi, Minggu (4/2). Nixon menilai sektor pekerja informal sebagai segmen yang potensial untuk digarap bisnis jasa layanan perbankan. Bukan hanya jumlahnya yang sangat besar, ia melihat masih banyaknya yang belum mengakses layanan keuangan menjadi tantangan tersendiri bagi bank untuk bisa mencarikan solusi bagi pekerja informal. Nixon menegaskan BTN bersama pemerintah dan BP Tapera akan terus berkolaborasi untuk memenuhi kebutuhan pekerja informal dalam memiliki rumah yang layak huni. Sebelumnya, pemerintah menerbitkan skema KPR sektor informal dengan produk KPR Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT). Kini BTN berkolaborasi dengan BP Tapera meluncurkan produk Tabungan BTN Rumah Tapera yang menyasar kalangan pekerja informal melalui KPR berskema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).
Baca Juga: Bersaing dengan Fintech, Perbankan Mulai Tawarkan Paylater Berbunga Lebih Rendah "Kita harus bisa kalahkan asumsi yang selama ini menyebutkan bahwa sektor informal itu risikonya tinggi, sehingga sulit untuk mendapatkan KPR,” kata Nixon
Lebih lanjut Nixon mengungkapkan, sektor perumahan, terutama pada segmen perumahan sederhana memberikan dampak multiplier yang besar. Ada sekitar 185 sub-sektor pendukung perumahan yang turut berkontribusi dalam ekosistem pengembangan perumahan. Dari sisi tenaga kerja, lanjut Nixon, sektor perumahan juga memberikan peluang untuk mengembangkan lapangan kerja di Indonesia karena rata-rata setiap satu rumah membutuhkan lima tenaga kerja. "Artinya kalau ada 100.000 unit rumah yang dibangun maka diperlukan tenaga kerja sebanyak 500.000 orang," pungkasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli