KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selama pandemi corona (Covid-19), transaksi di pasar residensial mewah di kawasan Jakarta tutun 20% sampai 30%. Syarifah Syaukat, Senior Advisor Research Knight Frank Indonesia mengungkapkan, penurunan ini karena beberapa hal. Yakni, calon pelanggan
wait and see, melihat investasi lain, serta lebih mengamankam
cashflow dan
income. Knight Frank menyebut koreksi transaksi di sektor
middle dan
middle low tidak setinggi di sektor
high end.
Baca Juga: Coldwell Banker nilai pasar perkantoran kian tertekan memasuki new normal "Hal ini berkaitan dengan kondisi
backlog.
Backlog ini memang adanya pada tataran residensial
middle sampai
middle low. Sehingga dalam sektor ini, transaksi masih terjaga. Permintaan datang dari
end user secara langsung," jelas Syarifah kepada Kontan.co.id, Senin (8/6). Tak hanya itu, peningkatan transaksi di segmen residensial meningkat dan memberi angin segar pada industri properti, ternyata belum bisa berlanjut sampai 2020, karena hantaman banjir dan pandemi. Melalui peta spasial yang diciptakan Knight Frank, KF Map, terlihat penyebaran lokasi pasar residensial yang banyak diminati dan didominasi
landed house, masih berada di titik Jakarta, Depok, Bekasi , Tangerang, dan Serpong. Adapun residensial vertikal seperti apartemen mendominasi di kawasan Jakarta Selatan. Selanjutnya, penyebaran pasar residensial
secondary atau
high end (
prime location), bertitik di beberapa kawasan Jakarta, seperti area Menteng, Puri Indah, Jakarta Barat, serta beberapa titik di Jakarta Pusat dan Jakarta Utara. "Koreksi residensial
high end cukup dalam dibandingkan
middle dan
middle low. Penyebaran residensial
highend tidak banyak dari sisi unit di Jakarta. Tetapi secara agregat nilai jual sangat tinggi, melebihi nilai dari sektor lain," lanjutnya.
Knight Frank sendiri tidak membuka kisaran harga residensial yang ditawarkan di area
high end hingga
middle low tersebut. Namun, berdasarkan data dari Bank Indonesia, indeks harga residensial di kuartal I 2020 telah merosot -43%. "Walau terjadi koreksi, sebenarnya pelanggan hanya menunda transaksi saja. Menunggu kepastian pasar dan lain-lain. Sehingga untuk mengejarnya, kami perlu beradaptasi dari sisi penjualan," kata Syarifah.
Baca Juga: Daya beli melemah, penjualan Summarecon Agung (SMRA) cenderung flat tahun ini Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat