Selamat Sempurna (SMSM) Optimalkan Penjualan Ekspor Sepanjang Tahun Ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Selamat Sempurna Tbk (SMSM) meyakini potensi pasar ekspor untuk produk-produk komponen masih sangat besar pada masa mendatang.

Chief Financial Officer Selamat Sempurna Ang Andri Pribadi mengatakan, saat ini kontribusi penjualan SMSM didominasi oleh penjualan ke pasar ekspor kurang lebih 60%, sedangkan sisanya berasal dari penjualan lokal.

SMSM telah mengekspor produk filter dan radiator ke lebih dari 120 negara. Contoh negara yang menjadi tujuan utama ekspor perusahaan ini antara lain Amerika Serikat, Australia, Rusia, Thailand, Malaysia, Singapura, dan lain sebagainya.


“Kami beruntung produk-produk perusahaan bisa diterima di negara maju,” ujar Andri, Kamis (14/9).

Peluang pasar ekspor memang begitu besar. Sebab, walau sebagian besar pendapatan SMSM berasal dari penjualan di luar negeri, faktanya pangsa pasar SMSM di industri komponen global baru di level 1% saja. Berkaca pada kondisi sekarang, tentu pasar ekspor masih menjanjikan dan banyak hal yang bisa dikembangkan oleh perusahaan tersebut di kemudian hari.

Baca Juga: Masuk MSCI Small Cap, Simak Prospek Bisnis & Rekomendasi Saham SMSM

Andri menyebut, SMSM lebih fokus menjual produk-produknya ke segmen aftermarket atau replacement market dengan porsi hampir 90%. Adapun sisanya ditujukan ke segmen original equipment manufacturer (OEM).

Permintaan komponen seperti filter dan radiator sangat tinggi di segmen aftermarket, bahkan ketika dunia diliputi ketidakpastian ekonomi. Sisi positif lainnya adalah pihak SMSM bisa mendapat margin keuntungan lebih besar mengingat segmen aftermarket benar-benar seperti pasar bebas. Ini berbeda dengan penjualan ke segmen OEM yang mana ada batasan margin keuntungan.

Tidak hanya itu, SMSM juga bisa memanfaatkan volatilitas kurs untuk mengoptimalkan penjualan ekspor. Dalam beberapa bulan terakhir, kurs rupiah terhadap dolar AS tampak melemah hingga ke level Rp 13.355 per dolar AS pada Jumat (15/9), mengacu data Bloomberg.

Andri pun membenarkan bahwa kinerja ekspor SMSM dipengaruhi oleh pergerakan mata uang di pasar. Hanya saja, untuk saat ini penguatan dolar AS terhadap rupiah belum begitu terasa bagi SMSM.

“Akhir tahun lalu dolar AS sudah berfluktuasi cukup besar, sehingga saat ini rata-rata kurs dolar AS sebenarnya masih lebih rendah dibandingkan akhir tahun lalu,” ungkap dia.

Benar saja, akhir Desember 2022 silam, kurs rupiah sempat berada di level kisaran Rp 15.600 per dolar AS.

Di luar itu, SMSM mengaku tidak memiliki masalah terkait suplai bahan baku filter dan radiator. SMSM mengandalkan bahan baku seperti besi atau baja, aluminium, dan kertas filter. Sebagian besar bahan baku produksi perusahaan ini masih diimpor dari luar negeri.

 
SMSM Chart by TradingView

Harga bahan baku SMSM sebenarnya sempat mengalami fluktuasi di periode kuartal II-2023. Namun, kondisi tersebut masih lebih baik ketimbang lonjakan harga bahan baku yang terjadi pada 2021 lalu. Dengan demikian, efek kenaikan harga bahan baku masih bisa dikendalikan oleh SMSM.

SMSM sendiri pada dasarnya bisa melakukan penyesuaian harga jual produknya ke konsumen tatkala terjadi kenaikan biaya produksi. Namun, penyesuaian harga tersebut tidak bisa dilakukan secara mendadak alias terdapat jarak selama beberapa bulan paska kenaikan biaya produksi.

“Biasanya konsumen dan distributor dapat mengerti kalau ada penyesuaian harga, meski hal itu tidak langsung karena ada gap waktu,” tandas dia.

Sebagai informasi, SMSM mencatatkan kenaikan penjualan neto sebesar 7,36% year on year (YoY) menjadi Rp 2,48 triliun pada semester I-2023. Penjualan neto SMSM terdiri atas penjualan ekspor senilai Rp 1,47 triliun dan penjualan domestik senilai Rp 1,01 triliun.

Pada saat yang sama, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk SMSM juga tumbuh 13,75% YoY menjadi Rp 429,34 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari