Selamatkan Djakarta Lloyd, Pemerintah Gandeng PAN



JAKARTA. Pemerintah menggandeng PT PAN Multifinance (Persero) untuk menyelesaikan masalah keuangan yang melanda PT Djakarta Lloyd. Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Sofyan Djalil mengatakan, pemerintah ingin sebisa mungkin memperbaiki perusahaan tersebut sebelum memutuskan untuk melikuidasinya. "Kalau bisa diselamatkan untuk apa dilikuidasi," ujar Sofyan.

Sofyan mengatakan, dengan masuknya PAN Multifinance, Djakarta Lloyd bisa menyelesaikan utangnya sehingga bisa mengambil kembali kapalnya yang disita di Singapura. Namun, Sofyan lupa berapa pastinya jumlah utang Djakarta Lloyd.

"Djakarta Lloyd memiliki permasalahan berat pada utang dan alat produksi. Tiga kapal disita di Singapura dan satu kapal lainnya mengalami patah as sehingga tak bisa diperbaiki," lanjut dia.


Ia menambahkan, mekanisme penyelamatan adalah PAN akan mengambil alih utang Djakarta lloyd atas tiga kapal itu. Selain itu, ia meminta kepada PAN untuk membiayai penyewaan kapal (leasing). Sementara itu, Persero akan mencari jalan keluar untuk membebaskan kapal dengan pendekatan bisnis baru kemudian melelangnya.

Ditemui secara terpisah, Sekretaris Negara BUMN, Said Didu mengatakan selain menggandeng PT PAN Multifinance dalam hal pembiayaan, Kementerian akan mencari komandan baru supaya kinerja Djakarta Llyoid membaik. Selanjutnya, jika PAN angkat tangan, baru kemudian Kementerian akan melakukan likuidasi.

Ke depannya, Said bercerita, Kementerian BUMN memiliki rencana untuk menggabungkan Djakarta Lloyd dengan PAN untuk penyewaan kapal. Alat produksi diserahkan untuk operasi Djakarta Lloyd, sedangkan PAN Multifinance akan membiayai penyewaan kapal. "Siapa tahu mereka (PAN) akan mempunyai uang sehingga bisa sewa kapal," lanjut dia.

Direktur PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) Boyke Mukijat menyatakan, restrukturisasi Djakarta Lloyd sulit tercapai karena tidak memenuhi kaidah sustainbilitas. Alasannya, perusahaan itu memiliki masalah yang cukup berat. "Kemungkinan tahun depan baru bisa," ujar Boyke.

Berdasarkan data Kementerian BUMN, hingga semester pertama 2009, Djakarta Lloyd termasuk satu dari ke-27 BUMN yang merugi. Bahkan ia menduduki peringkat ke-4 sebagai 10 BUMN rugi paling besar. Jumlah kerugian Djakarta Llyod pada kuartal pertama 2009 mencapai Rp 149,66 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan