Selandia Baru bentuk tim penyelamat bersihkan laut dari minyak



SELANDIA BARU. Bocoran minyak di Selandia Baru menyibukkan semua pihak. Departemen pelestarian lingkungan Selandia Baru akhirnya membangun dua pusat penyelamatan satwa. Negara yang sangat memperhatikan kelestarian lingkungan inipun mengirim tim untuk meronda kawasan pantai dan pulau-pulau Teluk Plenty mencari satwa korban tumpahan minyak.

Otoritas maritim menyatakan, sudah ada delapan burung yang berlumur minyak, termasuk pinguin biru kecil. Hewan tersebut diselamatkan dan diungsikan ke fasilitas satwa liar Te Maunga.

Para petugas bersiap menghadapi kemungkinan tumpahan minyak akan sampai ke pantai, setelah zat pencair yang disemprotkan dari udara terbukti tak efektif.


"Ada kemungkinan (tumpahan) ini sangat, sangat serius, karena umur kapal, serta kerusakan yang terjadi (pada kapal)," jelas Andrew Berry dari Maritime New Zealand (MNZ).

PM datangi lokasi kejadian

Saking besarnya kekhawatiran pencemaran tersebut, Perdana Menteri Selandia Baru John Key terbang menuju kapal kandas yang terletak 12 mil laut lepas pantai dengan sebuah pesawat helikopter Minggu (9/10).

Ia bahkan mengutarakan sebuah pertanyaan yang cukup serius. "Kenapa ada kapal kontainer yang kandas di salah satu gugusan pantai paling menawan New Zeland? Hal ini harus terjawab," tegas Key.

Dia menyatakan sudah memulai dua pemeriksaan untuk menjelaskan bagaimana kapal itu bisa bertabrakan dengan Karang Astrolabe.

"Orang tahu kalau ada karang disitu, bagaimana bisa terperosok disitu tanpa alasan jelas, malam hari saat cuaca tenang, ini menunjukkan ada yang tidak beres dan kita harus tahu kenapa," geram PM Key pada Radio New Zealand.

Selain itu, Angkatan Laut Selandia Baru telah mengirim empat kapal perang untuk membantu mengumpulkan bocoran minyak serta mencegah kerusakan lebih luas dari muatan kapal berbobot 47.000 ton tersebut.

Svitzer Salvage, perusahaan yang menangani penyelamatan kapal, seluruh minyak yang ada di kapal harus diselamatkan dulu, sebelum dilakukan upaya pelayaran kembali kapal.

Editor: