Selang kebohongan



Memasuki 100 hari menjelang pesta politik negeri ini, yakni pemilihan legislatif (Pileg) dan pemilihan presiden (Pilpres) 2019 , 17 April 2019, ranah perpolitikan di Tanah Air memanas.

Berita bohong (hoaks) bertebaran di mana-mana,  mirip cendawan di musim hujan.  Tebaran  kabar bohong menyebar lewat berbagai media sosial. Dus, sulit sekali kabar bohong itu terbendung. Celakanya, banyak orang  yang 'termakan' kabar bohong itu, bahkan mempercayainya seolah itu adalah kebenaran.

Ini tak luput dari strategi yang digunakan pasangan calon pilpres dan  calon legislatif yang lebih suka mengarah penyebaran informasi ke media sosial. Terlepas dari content benar atau tidak, mereka melepas banyak informasi di media sosial.


Mereka juga menggiring para pengikutnya atau calon pengikut untuk tak lagi mempercayai berita yang sudah terverifikasi seperti berita di media masa, berita yang  sudah melalui  verifikasi.

Cara-cara seperti ini memang menjadi tren global.  Di awali  kampanye Doland Trump saat Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) 2016, strategi sama juga dipakai  Jair Bolsonaro di Pilpres Brasil 2018.  Cara sama mengalir ke Indonesia.

Strategi ini biasanya disebut strategi selang pemadam kebohongan alias firehose of falsehood. Teknik  ini membutuhkan kebohongan-kebohongan yg dilakukan secara repetitif dan terus- menerus.

Jika merujuk aneka peristiwa, kebohongan bahkan sudah dimulai jauh-jauh hari. Misal kabar babak-belurnya muka politikus dan aktivis Ratna Sarumpaet. Kabar yang ditebar adalah pengeroyokan yang dilakukan oknum tak bertanggung jawab.  Kebohongan itu lantas terkuak dan berujung fatal yakni Ratna harus masuk prodeo. Ada juga kabar terkait selang cuci darah yang dipakai sampai 40 kali.  Yang terbaru kabar adanya tujuh kontainer berisi surat suara yang sudah dicoblos.

Kabar ini terus meruyak karena ditebar secara terus-menerus dan diulang-ulang dengan tujuan agar kabar ini seolah benar adanya. Jika kemudian banyak yang mempercayainya, strategi ini berhasil.

Bagi pihak lawan memang butuh strategi melawan selang kebohongan itu. Tak mudah memang untuk menangkisnya. Jika gagal menangkis serangan hoaks, ya hasilnya akan menguntungkan pihak  yang secara terus-menerus menebar hoaks. Tak sehat, tak sopan, dan strategi membodohi masyarakat. Jika tak menggunakan akal sehat, seretan percaya berita tanpa klarifikasi memang bisa berefek dahsyat.•       

Titis Nurdiana

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Adi