KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT PP Properti Tbk bakal mudah memenuhi target pra penjualan atawa
marketing sales 2018 sebesar Rp 3,8 triliun. Pasalnya, mereka mengklaim telah berhasil mencatatkan penjualan proyek secara borongan atau
bulk sales Rp 2,1 triliun ke pada satu investor. PP Properti menyatakan berhasil menjual tiga unit
tower di tiga proyek yang berbeda ke satu investor strategis, yaitu PT Arvada Investama. Arvada merupakan perusahaan asing yang bergerak di bidang pengelolaan properti. Ketiga tower ini adalah Grand Shamaya (tower 2), Grand Dharmahusada (tower 2), dan Grand Sungkono (tower 4). Emiten dengan kode saham PPRO di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Arvada Investama telah meneken
financial closing penjualan tersebut pada 13 Mei 2018. Sementara diluar transaksi itu, PP Properti telah mencatatkan penjualan pemasaran secara ritel sekitar Rp 703 miliar.
Dengan tambahan penjualan
bulk sales sebesar Rp 2,1 triliun, maka PPRO meraih pra penjualan sekitar Rp 2,8 triliun. Hanya saja, penjualan borongan itu tidak akan mereka catatkan sekaligus sebagai
marketing sales pada Mei 2018 ini. PRPO akan mencatatnya secara bertahap sampai paruh kedua mendatang. Pencapaian tersebut setara 73% dari total target PPRO tahun ini. Meski begitu, perusahaan tetap akan mempertahankan target
marketing sales Rp 3,8 triliun. "Intinya dengan penjualan
bulk sales itu, kami semakin optimistis bisa mencapai target yang sudah ditetapkan tahun ini," kata Indaryanto, Direktur Keuangan PPRO kepada KONTAN, Senin (14/5). Taufik Hidayat, Direktur Utama PP Properti mengatakan menyebutkan, penjualan borongan merupakan strategi bisnis perusahaan untuk menggenjot penjualan tahun ini.
Bulk selling tidak akan mendorong penjualan tetapi juga bisa memperkuat arus kas dan kualitas neraca keuangan perusahaan. Sebab pembayaran uang muka saja sudah bisa langsung dicatatkan menjadi pendapatan. Selain penjualan ke Arvada Investama, PP Properti juga tengah menjajaki transaksi penjualan borongan ke investor lain.
Pertama, membangun perumahan untuk karyawan Antam di Tangerang Selatan dengan nilai Rp 150 miliar.
Kedua, penjualan Apartemen Begawan Tower 2 senilai Rp 250 miliar ke PT Dipa Karya Sejahtera. Ketiga, proyek Ma-Zhoi Tower 1 di Margonda senilai Rp 250 miliar ke PT Samander Bisnis Nusantara. Surplus lebih besar Jika tahun 2018, PP Properti membukukan surplus
cash flow dari aktivitas operasi sebesar Rp 300 miliar, maka dengan penjualan
bulk sales tahun ini, perusahaan optimistis bisa mencatatkan surplus kas yang lebih besar. Apalagi tahun ini, pengembang ini tidak memiliki rencana untuk akuisisi lahan. Strategi penjualan secara gelondongan ini bukan tahun ini saja dilakukan PP Properti. Tahun lalu, PPRO juga sudah berhasil menjual apartemen secara
bulk sales di dua proyek.
Pertama, di apartemen Evenciio Depok kepada Ikatan Alumni Universitas Indonesia (Iluni) dan Apartemen Alton Semarang ke Ikatan Alumni Universitas Diponegoro (IKA UNDIP). Indaryanto menuturkan tiga proyek di Surabaya yang akan dijual secara gelondongan tersebut sudah dijajaki oleh perusahaan asing. Nantinya, proyek tersebut akan dikelola perusahaan tersebut sebagai hotel atau sebagai apartemen sewa.
Tahun ini, PPRO tidak memiliki rencana untuk menambah lahan karena mereka masih memiliki
landbank yang cukup luas yakni sekitar 300 hektare (ha). Perusahaan pelat merah ini akan fokus mengembangkan proyek yang sudah ada maupun proyek baru dari cadangan lahan yang mereka miliki. PP Properti juga berencana mengembangkan proyek di 25 titik lainnya pada tahun ini. Dari kuartal II hingga kuartal IV-2018, PPRO telah bersiap-siap merilis proyek di Surabaya, proyek kedua di Margonda, Apartemen di Aerocity Kertajati, dan apartemen Little Tokyo di kawasan Jababeka. Di Kertajati, PPRO akan mengembangkan empat menara apartemen yang rencananya juga akan dijual secara
bulk sales ke perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Bandara tersebut. "Kita harapkan bisa terjual satu tower tahun ini," kata Indaryanto. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini