Selarik kisah lalu batik betawi (2)



KONTAN.CO.ID - Kampung Batik Betawi Terogong selalu terlihat ramai. Sepeda motor pun sibuk melintas di depannya. Letaknya di kawasan pemukiman padat penduduk, membuat sentra ini jauh dari sunyi.  

"Kalau siang di sini memang ramai motor lalu lalang. Menjelang sore makin ramai karena di depan ini masjid dan biasanya ada anak-anak ngaji," kata Siti Laela, pemilik sekaligus pendiri Kampung Batik Betawi Terogong saat ditemui KONTAN di rumahnya.

'Tinggal di Betawi, kudu pake Batik Betawi', itulah slogan yang tertulis di spanduk bagian depan Kampung Batik Betawi Terogong. Laela mengatakan spanduk tersebut sebagai salah satu media promosi agar masyarakat makin kenal dengan batik Betawi.


Selain beberapa spanduk yang dipajang, pengunjung juga bakal disambut oleh gazebo mini di bagian depan, berisi foto-foto kegiatan dan kunjungan di Kampung Batik Betawi Terogong. Laela mengaku jika sentra produksi batik di Jalan Terogong III, Cilandak, Jakarta Selatan tersebut juga sering menjadi destinasi para wisatawan.

"Saya merintis Kampung Batik Betawi ini sudah sejak 2012. Lalu baru gencar promosi tiga tahun lalu. Dan sejak tiga tahun lalu, mulai banyak wisatawan yang berkunjung ke sini," kata Laela. Para pengunjung yang datang kebanyakan wisatawan asing. Mereka tak hanya berkunjung dan belanja batik, tapi juga  tertarik belajar membatik di Kampung Batik Betawi Terogong.

Syafia Rahma atau yang akrab dipanggil Fia, salah satu perajin batik di Kampung Batik Betawi Terogong membenarkan hal tersebut. Ia mengungkapkan jika saat akhir pekan, banyak wisatawan asing berkunjung untuk belajar membatik. Dalam satu akhir pekan, biasanya ada 5 - 10 wisatawan asing yang belajar membatik.

"Sudah lumayan banyak yang ke sini. Ada yang bule Belanda, Jerman, Jepang, Korea, banyaklah pokoknya. Kata ibu sih, memang sudah lama banyak bule belajar batik di sini. Tapi justru orang kita malah jarang yang belajar batik di sini," tuturnya. Selain para wisatawan asing, Fia bilang anak-anak sekolah juga kerap menyambangi Kampung Batik Betawi Terogong untuk karya wisata edukasi.

Fia menjelaskan, saat para pengunjung datang dan ingin belajar membatik, Laela turun tangan sendiri untuk mengajarinya. Sebagian perajin batik juga diajak untuk mengajari para pengunjung. Dan yang sebagian lagi tetap mengerjakan proses produksi.

"Biasanya yang diminta ikut ngajarin yang sudah senior, kalau saya bantu-bantu saja di belakang, biar produksinya cepat selesai juga," ujarnya. Ia mengatakan perajin di Kampung Batik Betawi Terogong tak hanya terdiri dari kaum perempuan saja, tapi juga ada perajin laki-laki yang dilibatkan, terutama untuk proses produksi batik cap.

Laela pun menambahkan jika proses produksi berlangsung sejak pagi hari, sekitar pukul 08.00 dan berakhir menjelang maghrib. Jika cuaca sedang panas terik, para perajin di Kampung Batik Betawi Terogong harus cepat-cepat menjemur hasil batiknya, agar terkena sinar matahari langsung.

"Batik yang sudah siap dijemur itu yang proses celupnya sudah selesai. Dan kain itu bukan hasil kerjaan hari itu juga, tapi pengerjaannya sudah tiga atau dua hari lalu," jelasnya.        

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Johana K.