JAKARTA. Bank Negara Indonesia (BNI) mengakui realisasi pertumbuhan kredit konsumer rendah. Salah satu penyebab utamanya adalah kebijakan penurunan Loan To Value (LTV), dan terjadi kenaikan uang muka sebelum kredit, sehingga penyaluran kredit melambat. Menurut Gatot Murdiantoro Suwondo, Direktur Utama BNI, kebijakan LTV mau tak mau membuat BNI lebih selektif dalam menyalurkan kredit konsumer, terutama untuk kredit pemilikan rumah (KPR). "Sehingga tahun ini target pertumbuhan tahun ini antara 14% - 16%," kata Gatot di Jakarta, beberapa waktu lalu.Hingga akhir tahun lalu, kredit konsumer BNI mencapai Rp 47,53 triliun, tumbuh 15,5% dibanding akhir tahun 2012 yang tercatat Rp 41,15 triliun. Alokasi kredit konsumer juga tak besar, hanya 19% dari total kredit BNI tahun lalu yang mencapai Rp 250,63 triliun.Komposisi terbesar kredit konsumer BNI tahun lalu adalah KPR sebesar Rp 5,84 triliun alias 65,5% dari total kredit konsumer. Disusul kredit otomotif sebesar Rp 5,84 triliun alias 17,4%, dan kartu kredit sebesar Rp 5,48 triliun atau dengan porsi 12,8%.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Selektif, BNI tak jor-joran di kredit konsumer
JAKARTA. Bank Negara Indonesia (BNI) mengakui realisasi pertumbuhan kredit konsumer rendah. Salah satu penyebab utamanya adalah kebijakan penurunan Loan To Value (LTV), dan terjadi kenaikan uang muka sebelum kredit, sehingga penyaluran kredit melambat. Menurut Gatot Murdiantoro Suwondo, Direktur Utama BNI, kebijakan LTV mau tak mau membuat BNI lebih selektif dalam menyalurkan kredit konsumer, terutama untuk kredit pemilikan rumah (KPR). "Sehingga tahun ini target pertumbuhan tahun ini antara 14% - 16%," kata Gatot di Jakarta, beberapa waktu lalu.Hingga akhir tahun lalu, kredit konsumer BNI mencapai Rp 47,53 triliun, tumbuh 15,5% dibanding akhir tahun 2012 yang tercatat Rp 41,15 triliun. Alokasi kredit konsumer juga tak besar, hanya 19% dari total kredit BNI tahun lalu yang mencapai Rp 250,63 triliun.Komposisi terbesar kredit konsumer BNI tahun lalu adalah KPR sebesar Rp 5,84 triliun alias 65,5% dari total kredit konsumer. Disusul kredit otomotif sebesar Rp 5,84 triliun alias 17,4%, dan kartu kredit sebesar Rp 5,48 triliun atau dengan porsi 12,8%.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News