Selesai liburan, simak ulasan pasar sepekan lalu



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar saham dan komoditas bergerak mixed pada sepekan lalu. Wall Street melaju kencang di tengah tekanan pasar minyak dan komoditas energi. 

Jumat (7/6), Dow Jones Industrial Average menguat 1,02% ke 25.983,94 dan mengakumulasi kenaikan 4,71% dalam sepekan. Pada pekan pertama bulan Juni, indeks S&P 500 melaju 4,41% ke 2.873,34. Nasdaq Composite menguat 3,88% ke 7.742,10. 

Penguatan bursa saham AS ini dipicu oleh perlambatan data tenaga kerja yang menimbulkan spekulasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve. Departemen Tenaga Kerja melaporkan bahwa nonfarm payroll bulan lalu meningkat 75.000, lebih rendah daripada estimasi ekonom pada polling Reuters di angka 185.000.


Angka yang lebih rendah daripada prediksi ini menunjukkan hilangnya momentum aktivitas ekonomi di pasar tenaga kerja. Alhasil, para trader menaikkan taruhan bahwa akan ada pemangkasan suku bunga pada bulan Juli, diikuti dua kali pemangkasan lagi hingga akhir tahun.

"Data tenaga kerja mengindikasikan bahwa ada pelemahan tetapi ekonomi masih tumbuh tinggi pada saat ini," kata Peter Jankovskis, co-chief investment officer OakBrook Investment LLC kepada Reuters. Dia menambahkan bahwa pelemahan tenaga kerja ini akan memicu The Fed bertindak lebih cepat untuk mengambil langkah pendukung.

Ekonom lain mengungkapkan bahwa pasar lebih bergantung pada kebijakan The Fed daripada perbaikan data ekonomi.

"Pasar masih menerima adanya perlambatan. Pasar sudah sangat terbiasa dengan suku bunga rendah dan rela mengorbankan pertumbuhan ekonomi demi suku bunga rendah," kata Jack Ablin, chief investment officer Cresset Capital Management.

Dari sisi perdagangan, kemarin Amerika Serikat (AS) membolehkan dua eksportir China memasukkan produk ke AS dua pekan sebelum menaikkan tarif untuk produk-produk tersebut. AS dan China akan bertemu di sela KTT G20 akhir Juni mendatang.

"Pemangkasan suku bunga mulai dihitung oleh pasar, tapi agar pasar bisa melaju lebih tinggi, perlu kemajuan negosiasi dagang karena lebih panjang waktu perang dagang, akan lebih besar masalah bagi pasar," kata Larry Adam, chief investment officer Raymond James.

Jumat, AS dan Meksiko mencatat kesepakatan imigrasi sehingga penerapan tarif impor sebesar 5% dari Meksiko ke AS batal berlaku hari ini. Kesepakatan ini juga menyebutkan bahwa Meksiko akan menurunkan Garda Nasional untuk memperketat perbatasan bagian selatan.

Kedua negara akan melanjutkan negosiasi dalam 90 hari untuk masalah migran ilegal. Hingga saat ini, belum ada keputusan atas permintaan AS agar Meksiko turut menerima pencari suaka.

Sementara di pasar komoditas, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli 2019 di New York Mercantile Exchange pekan lalu cenderung tertekan meski akhirnya berbalik menguat tipis di akhir pekan. Harga minyak WTI berada di US$ 51,68 per barel pada Rabu (5/6) yang merupakan level terendah sejak 8 Januari 2019 sebelum menguat ke US$ 53,99 per barel pada Jumat (7/6).

Serupa, harga minyak brent untuk pengiriman Agustus 2019 di ICE Futures berada di US$ 60,63 per barel pada Rabu pekan lalu sebelum kembali ke US$ 63,95 per barel di akhir pekan.

Harga emas justru mencetak kinerja gemilang sepekan lalu akibat kekhawatiran perang dagang. Harga emas melaju kencang ke US$ 1.346,10 per ons troi pada Jumat lalu. Harga emas melonjak 2,67% dalam sepekan pertama bulan Juni.

Kekhawatiran perang dagang dan perlambatan pertumbuhan ekonomi global menjadi penopang kenaikan harga emas. Di akhir pekan, pertemuan G20 belum menunjukkan kesepakatan yang memuaskan pasar. Pertemuan para menteri keuangan dan gubernur bank-bank sentral G20 menegaskan komitmen atas pajak korporasi global untuk mengurangi penghindaran pajak oleh raksasa teknologi.

Pasar masih menunggu hasil pertemuan puncak G20 di akhir Juni mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati