Seluruh asumsi APBN akan diubah



JAKARTA. Akhirnya pemerintah mengirimkan rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara perubahan (RAPBN-P) 2013 ke DPR. Bila tidak ada aral melintang, DPR  dan pemerintah mulai membahas draf tersebut pada hari ini, Senin (20/5) dan targetnya kelar sebulan.

Mohammad Sohibul Iman, Wakil Ketua DPR bidang Ekonomi, menyatakan, pemerintah sudah menyetorkan RAPBNP 2013 ke DPR pada Jumat (17/5). Namun, ia belum bisa memaparkan garis besar perubahan APBN 2013. "Belum sempat membacanya," ujar Sohibul, Minggu (19/5).

Hari ini, DPR akan menggelar sidang paripurna. Salah satu agendanya adalah membahas keterangan pemerintah mengenai pokok-pokok pendahuluan RAPBN-P 2013.Berdasarkan penelusuran KONTAN, pemerintah mengusulkan perombakan besar-besaran terhadap wajah APBN 2013. Sejumlah asumsi dianggap sudah tak relevan lagi, termasuk bertujuan memuluskan rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.


Maklum, lewat perubahan beleid anggaran negara tersebut, pemerintah berencana menaikkan harga jual BBM bersubsidi. Usulannya, harga bensin akan naik dari Rp 4.500 menjadi Rp 6.500 per liter, sedangkan harga solar bakal naik dari Rp 4.500 menjadi Rp 5.500 seliter.

Terlalu pesimistis

Secara umum, isi rancangan APBN-P 2013  ini menyiratkan pesimisme pemerintah menghadapi tahun ini. Pemerintah misalnya menurunkan target pertumbuhan ekonomi dari 6,8% menjadi 6,2%-6,4%. Asumsi inflasi tahun ini juga naik dari 4,9% menjadi 7%.

Begitupun asumsi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Pemerintah mengajukan revisi kurs rupiah dari Rp 9.300 per menjadi Rp 9.600-Rp 9.700 dollar AS akibat rupiah terus melemah terhadap dollar AS.

Asumsi harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP) naik dari US$ 100 per barel jadi US$ 108 per barel. Di sisi lain, asumsi produksi minyak  diturunkan dari 900.000 barel per hari (bph) menjadi 840.000 bph.

Perubahan berbagai asumsi makro itu tentu saja berdampak pada anggaran pendapatan dan belanja. Salah satu sumber pendapatan utama, yakni penerimaan pajak bakal mengecil (Lihat Boks: Hanya Kinerja Cukai yang Memuaskan). Pemerintah memangkas target penerimaan pajak Rp 40 triliun, dari target tahun ini senilai Rp 1.192,9 triliun.

Usulan lain yang masuk dalam revisi beleid anggaran negara adalah tambahan anggaran kompensasi kenaikan harga BBM bersubsidi. Rancangannya, jatah anggaran program tersebut sekitar Rp 29,6 triliun.

Singkat cerita, dengan berbagai tambahan anggaran serta potensi penurunan pendapatan anggaran negara,  asumsi defisit anggaran negara bakal dinaikkan. Usulannya, defisit anggaran tahun ini  naik dari semula 1,65% menjadi 2,5% dari produk domestik bruto (PDB).

Sebenarnya, pemerintah tak perlu terlalu pesimistis menyusun revisi anggaran negara.  Kepala Ekonom Bank Danamon, Anton H Gunawan,  setuju bahwa asumsi kurs rupiah perlu diubah. Sebab, "Akhir tahun, rupiah akan berada di level Rp 9.610 per dollar AS," ujar Anton.

Namun di sisi lain, pendapatan negara masih berpotensi naik  seiring kenaikan harga komoditas tambang dan perkebunan. Memang, harga komoditas turun terus pada kuartal I-2013. "Tapi harga komoditas bisa rebound pada semester II," kata Anton.

Soal sumber penambal lubang defisit, Handi Yunianto, Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas,  memprediksikan, cara termudah adalah menerbitkan surat utang. Perkiraan Hendi, pemerintah akan menambah penerbitan obligasi negara sekitar Rp 70 triliun.

Persoalannya, saat ini pasar surat utang sedang tertekan. Situasi ini tak menguntungkan negara karena investor akan meminta imbal hasil tinggi  kepada pemerintah. Dus, beban pembayaran bunga utang akan makin besar.        

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie