Seluruh asumsi makro 2012 meleset dari target



JAKARTA. Gejolak ekonomi global rupanya berdampak pada kondisi makro Indonesia. Akibat guncangan ekonomi global, seluruh asumsi dasar ekonomi makro dalam APBNP 2012 meleset dari target. Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengungkapkan, realisasi pertumbuhan ekonomi tahun 2012 sepertinya hanya akan mencapai 6,3% atau lebih rendah ketimbang asumsi yang dipatok dalam APBNP 2012 yang sebesar 6,5%. Sementara itu, realisasi inflasi hanya sebesar 4,3% atau lebih rendah dari asumsi yang dipatok dalam APBNP 2012 sebesar 6,8%. Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati menambahkan tak seperti tahun 2011 lalu di mana realisasi pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 6,5%. maka realisasi pertumbuhan ekonomi 2012 diperkirakan hanya 6,3%. Penyebabnya, "Ada koreksi di net ekspor kita yang mengalami penurunan," katanya Senin (7/12). Ia menambahkan, kenaikan investasi yang terjadi pada tahun 2012 juga berdampak pada tingginya impor bahan baku/penolong dan impor barang modal. Makanya, Anny bilang ke depan pemerintah perlu melihat keterkaitan investasi terhadap penguatan sektor industri. Sehingga, pengembangan investasi ke depan perlu memperhatikan ketersediaan komponen bahan baku di dalam negeri. Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Bambang Brodjonegoro menambahkan, realisasi pertumbuhan ekonomi yang hanya 6,3% salah satunya disebabkan karena rendahnya penyerapan belanja modal pemerintah. "Kalau belanja modal bisa diserap dengan baik, pendapat kami pertumbuhan ekonomi minimal bisa mencapai 6,4% - 6,5% pada tahun 2012," ungkapnya. Catatan saja, hingga akhir tahun realisasi belanja modal hanya sebesar Rp 140,2 triliun atau 79,6% dari pagu APBNP 2012 yang sebesar Rp 176,1 triliun. Padahal pada tahun 2011 lalu, realisasi belanja modal bisa mencapai 83,6% dari pagu anggarannya dalam APBNP 2011. Agus menambahkan, realisasi nilai tukar rupiah juga meleset dari asumsi. Dalam APBNP 2012 pemerintah mematok asumsi nilai tukar sebesar Rp 9.000 per dollar AS, tapi realisasinya meleset menjadi Rp 9,384 per dollar AS. Sepanjang tahun 2012 nilai tukar rupiah terdepresiasi sekitar 6,9% dibanding rata-rata tahun sebelumnya yang sebesar Rp 8.779 per dollar AS. Suku bunga SPN 3 bulan realisasinya hanya 3,2% lebih rendah dari asumsinya yang sebesar 5%. Sementara itu, realisasi harga minyak mentah Indonesia alias ICP meleset menjadi US$ 112,7 per barel, lebih tinggi dari asumsi APBNP 2012 yang sebesar US$ 105 per barel. "Lifting minyak mentah juga meleset menjadi 861.000 barel per hari, lebih rendah dari asumsi APBNP 2012 yang sebesar 930.000 barel per hari," kata Agus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Djumyati P.