KONTAN.CO.ID - LONDON. Pada Sabtu (27/1/2024), enam negara Eropa menghentikan pendanaan badan pengungsi PBB untuk Palestina (UNRWA). Hal ini menyusul tuduhan bahwa beberapa stafnya terlibat dalam serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023 lalu. Melansir
Reuters, keenam negara tersebut adalah Inggris, Jerman, Italia, Belanda, Swiss dan Finlandia.
Mereka memutuskan untuk bergabung dengan Amerika Serikat, Australia dan Kanada dalam menghentikan pendanaan untuk badan bantuan tersebut, yang merupakan sumber dukungan penting bagi masyarakat di Gaza, setelah adanya tuduhan dari Israel. “Warga Palestina di Gaza tidak membutuhkan hukuman kolektif tambahan ini,” kata Philippe Lazzarini, komisaris jenderal UNRWA, di X. “Ini menodai kita semua.” Badan tersebut mengatakan pada hari Jumat bahwa pihaknya telah membuka penyelidikan terhadap beberapa karyawan dan memutuskan hubungan dengan orang-orang tersebut. Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz mengatakan UNRWA harus diganti setelah pertempuran di daerah kantong tersebut mereda dan menuduh UNRWA memiliki hubungan dengan militan Islam di Gaza. Israel bahkan mendorong lebih banyak penangguhan donor.
Baca Juga: AS Prihatin Korban Sipil Akibat Serangan Israel Terus Meningkat “Dalam pembangunan kembali Gaza, @UNRWA harus diganti dengan lembaga-lembaga yang berdedikasi pada perdamaian dan pembangunan sejati,” tambahnya pada X. Wakil juru bicara PBB Farhan Haq, ketika ditanya tentang pernyataan Katz, mengatakan: “Kami tidak menanggapi retorika. UNRWA secara keseluruhan memiliki rekam jejak yang kuat, dan hal ini telah berulang kali kami tekankan.” Lazzarini mengatakan keputusan sembilan negara tersebut mengancam kerja kemanusiaan mereka di seluruh wilayah, terutama di Gaza. “Sangat mengejutkan melihat penangguhan dana untuk badan tersebut sebagai reaksi terhadap tuduhan terhadap sekelompok kecil staf, terutama mengingat tindakan segera yang diambil UNRWA dengan mengakhiri kontrak mereka dan meminta penyelidikan independen yang transparan,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Baca Juga: Uni Eropa Dukung Palestina Merdeka, Israel Mulai Terdesak Kementerian luar negeri Palestina mengkritik apa yang digambarkannya sebagai kampanye Israel melawan UNRWA, dan Hamas mengutuk pemutusan kontrak karyawan berdasarkan informasi yang diperoleh dari musuh Zionis. Peran besar UNRWA di Gaza UNRWA didirikan untuk membantu pengungsi perang tahun 1948 saat berdirinya Israel dan memberikan layanan pendidikan, kesehatan dan bantuan kepada warga Palestina di Gaza, Tepi Barat, Yordania, Suriah, dan Lebanon. Bantuan ini membantu sekitar dua pertiga dari 2,3 juta penduduk Gaza dan telah memainkan peran bantuan yang sangat penting selama perang yang dilancarkan Israel untuk melenyapkan Hamas setelah serangan 7 Oktober. Saat mengumumkan penyelidikan tersebut, Lazzarini mengatakan pada hari Jumat bahwa dia telah memutuskan untuk mengakhiri kontrak beberapa anggota staf untuk melindungi kemampuan badan tersebut dalam memberikan bantuan kemanusiaan. Lazzarini tidak mengungkapkan jumlah karyawan yang diduga terlibat dalam serangan tersebut, maupun sifat keterlibatan mereka. Namun ia mengatakan bahwa setiap pegawai UNRWA yang terlibat dalam aksi teror akan dimintai pertanggungjawaban, termasuk melalui tuntutan pidana. Selama berminggu-minggu pemboman Israel di wilayah Palestina, UNRWA telah berulang kali mengatakan bahwa kapasitasnya untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada masyarakat di Gaza berada di ambang kehancuran.
Hussein al-Sheikh, kepala badan politik payung Palestina, Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), mengatakan bahwa pemotongan dukungan kepada badan tersebut membawa risiko politik dan bantuan yang besar. “Kami menyerukan kepada negara-negara yang mengumumkan penghentian dukungan mereka terhadap UNRWA untuk segera membatalkan keputusan mereka,” ujarnya pada X. Kementerian Luar Negeri di Jerman, yang merupakan donor utama UNRWA, menyambut baik penyelidikan UNRWA dan mengatakan bahwa pihaknya sangat prihatin dengan tuduhan yang diajukan terhadap pegawai lembaga tersebut. “Kami berharap Lazzarini menjelaskan kepada seluruh staf UNRWA bahwa segala bentuk kebencian dan kekerasan sama sekali tidak dapat diterima dan tidak akan ditoleransi,” katanya di X.
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie