Semakin Panas, Produsen Mobil China Dorong Kenaikan Tarif Impor untuk Mobil Eropa



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Konflik China dan Eropa semakin memanas. Kini giliran, produsen mobil China yang mendesak pemerintah untuk menaikkan tarif impor mobil bertenaga bensin dari Eropa. Ini sebagai pembalasan atas pembatasan yang dilakukan Eropa terhadap ekspor kendaraan listrik buatan Tiongkok.

Seperti dikutip Reuters dari Global Times, dalam pertemuan pada Selasa (18/6) waktu setempat industri otomotif Tiongkok meminta pemerintah untuk mengambil tindakan pencegahan yang tegas dan menyarankan agar pertimbangan positif diberikan untuk menaikkan tarif sementara pada mobil berbahan bakar bensin dengan mesin berkapasitas besar.

Bukan hanya dihadiri pemain industri otomotif China, pertemuan tersebut juga dihadiri beberapa perusahaan Eropa seperti SAIC, BYD, BMW, Volkswagen dan Porsche. Menurut dua orang yang mengetahui masalah tersebut, rupanya tujuan utama pertemuan tersebut adalah untuk memberikan tekanan pada Eropa dan melobi terhadap tarif mereka umumkan pekan lalu.


Baca Juga: China Balas Tarif Kendaraan Listrik Uni Eropa Lewat Daging Babi

Sayangnya kementerian terkait tidak memberikan tanggapan langsung tentang desakan ini. Yang pasti baik Eropa dan Tiongkok memiliki alasan untuk ingin mencapai kesepakatan dalam beberapa bulan ke depan untuk mengurangi ketegangan dan menghindari penambahan biaya baru bagi pembuat kendaraan listrik Tiongkok.

Ketegangan antara Eropa dan China dimulai setelah dicetuskan kebijakan perdagangan UE yang semakin protektif di tengah kekhawatiran bahwa model pembangunan Tiongkok berfokus pada produksi dan berbasis utang sehingga negara-negara tersebut dibanjiri barang-barang murah, termasuk kendaraan listrik.

Pada 12 Juni lalu, Komisi Eropa membuat pengumuman yang mengenakan bea anti-subsidi hingga 38,1% pada kendaraan listrik Tiongkok yang diimpor mulai bulan Juli.  Langkah itu juga diambil karena mengikuti keputusan Amerika Serikat untuk menaikkan tarif mobil Tiongkok pada bulan bulan sebelumnya. 

Editor: Putri Werdiningsih