KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang tahun ini, sebanyak 22 emiten baru telah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Artinya, masih ada 13 perusahaan lagi yang harus dikejar untuk
initial public offering (IPO), demi mencapai target minimal 35 emiten baru di 2017. Samsul Hidayat, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, menyatakan, ada sekitar sembilan emiten yang sudah masuk dalam
pipeline IPO. "Tiga di antaranya adalah anak usaha BUMN, Sudah mendaftar," ujarnya akhir pekan lalu. Ketiga anak usaha BUMN itu PT PP Presisi, PT Wika Gedung, dan PT Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia. Sebelumnya, PT Jasa Armada Semesta juga dikabarkan akan menawarkan saham perdana ke publik. Tapi, Samsul bilang, Jasa Armada belum melakukan pembicaraan dengan BEI.
Selain itu, beberapa perusahaan rintisan alias
startup juga mulai mengantre masuk bursa. Salah satunya adalah anak usaha PT Kresna Graha Investama Tbk (KREN) yaitu PT M Cash Integrasi. Sebelumnya KREN menyebutkan, M Cash berencana menggelar IPO pada Oktober ini dengan menggunakan laporan keuangan April 2017 sebagai dasar valuasi. KREN berharap, perhelatan IPO M Cash bisa menghimpun dana sekitar Rp 200 miliar hingga Rp 250 miliar. Kelak, perusahaan penyedia layanan digital ini bakal menggunakan dana hasil IPO untuk belanja modal dan modal kerja. Calon emiten lain yang juga masuk daftar antrean IPO ialah PT Malacca Trust Wuwungan Insurance dan PT Kapuas Prima Coal. Selain itu, dari informasi yang masuk ke KONTAN, PT Pelita Samudera Shipping juga bersiap melakukan
mini expose IPO. Tetap cermat Pekan ini Samsul mengatakan, setidaknya ada dua emiten yang berencana mencatatkan saham perdananya di BEI: PT Trisula Textile Industries dan PT Kioson Komersial. Kioson Komersial menawarkan maksimal 150 juta saham atau 23,07% dari modal ditempatkan dan disetor. S
tartup di bidang e-commerceini menetapkan harga IPO Rp 300 per saham. Dengan harga penawaran tersebut, Kioson Komersial mengantongi dana sebesar Rp 45 miliar. Lalu, Trisula Textile membidik dana IPO Rp 42 miliar sampai Rp 45 miliar. Perusahaan garmen ini akan melepas 300 juta saham dari modal disetor atau 20,69% saham.
Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri, bilang, bila mengincar saham IPO, investor harus memperhatikan rencana aksi korporasi dari calon emiten. "Fundamental emiten menjadi hal yang krusial untuk diperhatikan sebelum membeli saham-saham IPO," imbuh Hans kepada KONTAN, Ahad (1/10). Saat ini, menurut Hans, pasar lebih cenderung tertarik dengan calon emiten yang berhubungan dengan BUMN. Meski demikian, kinerja beberapa calon emiten anak usaha perusahaan pelat merah juga harus dicermati karena masih cenderung tertekan. Terutama, anak perusahaan BUMN di bidang konstruksi. Tapi, investor tetap bisa memanfaatkan momentum IPO. Sebab biasanya, saham perdana punya peluang naik cukup tinggi. Setelah merealisasikan profit, sebaiknya kembali
wait and see sambil melihat perkembangan emiten. Hans menyarankan, saham IPO yang menarik adalah yang punya valuasi lebih murah dibanding industri. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini