KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada awal Januari 2021, sejumlah saham anggota indeks Kompas100 mencapai level harga tertinggi sepanjang masa alias
all time high. Sampai dengan Kamis (14/1), ada sembilan saham yang mencatatkan
all time high. Saham-saham tersebut bergerak di bisnis perbankan, farmasi, alat kesehatan, dan makanan. Yang paling baru menorehkan
all time high adalah saham PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (
BJTM). Pada perdagangan Kamis (14/1), saham ini sempat menyentuh level Rp 870. Meskipun begitu, BJTM kembali turun sehingga ditutup di level Rp 845 per saham. Sebelumnya, pada tanggal 13 Januari 2021, tiga saham juga mencapai
all time high. Sebut saja PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (
BBRI) di level Rp 4.840 per saham, PT Bank BRIsyariah Tbk (
BRIS) Rp 3.980, dan PT Itama Ranoraya Tbk (
IRRA) Rp 4.390. Akan tetapi, per Kamis (14/1), BBRI sudah terkoreksi ke level Rp 4.770, BRIS Rp 3.760, dan IRRA Rp 3.210.
Tak berhenti sampai di situ, pada 12 Januari 2021, empat saham juga menorehkan harga tertinggi sepanjang masa. Mulai dari PT Bank Central Asia Tbk (
BBCA) yang sempat menyentuh level Rp 36.900 per saham, PT Kalbe Farma Tbk (
KLBF) Rp 1.960, PT Indofarma Tbk (
INAF) Rp 7.350, dan PT Kimia Farma Tbk (
KAEF) Rp 7.575. Serupa dengan yang lainnya, keempat harga saham ini juga sudah terkoreksi. Per Kamis (14/1), harga BBCA berada di level Rp 35.100 per saham, KLBF Rp 1.595, INAF Rp 5.050, dan KAEF Rp 6.050.
Baca Juga: 9 Saham di indeks KOMPAS100 ini catatkan all time high, simak rekomendasi analis Sementara itu, pada pekan perdana perdagangan tahun ini, saham PT Buyung Poetra Sembada Tbk (
HOKI) menjadi satu-satunya anggota indeks Kompas100 yang mencatatkan
all time high. Pada 5 Januari 2021, HOKI mencapai level Rp 1.175 per saham, tetapi kini sudah berada di posisi Rp 1.100 per saham. Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menilai,
all time high yang dicatatkan oleh saham-saham farmasi beserta pendukungnya, yaitu KLBF, KAEF, INAF, dan IRRA didorong oleh euforia vaksin Covid-19. Sebagaimana diketahui, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sudah memberikan izin distribusi vaksin Covid-19 buatan Sinovac dan program vaksinasi nasional sudah dimulai sejak Rabu (13/1). Sementara kenaikan saham lainnya terdorong oleh banyaknya sentimen positif yang menghiasi pasar, seperti transisi politik di Amerika Serikat yang cenderung positif, aksi beli asing yang kembali terjadi, pascamerger bank syariah BUMN untuk BRIS, dan rencana
stock split bagi HOKI. Sukarno melihat harga saham-saham di atas akan terkoreksi terlebih dahulu karena sudah naik tinggi. Alhasil, dia menyarankan investor untuk
wait and see terlebih dahulu hingga melihat sinyal beli muncul kembali.
Baca Juga: Ustaz Yusuf Mansur beberkan penipuan miliaran rupiah atas nama dirinya beli BRIS Analis NH Korindo Sekuritas Putu Chantika menambahkan, saham-saham di sektor farmasi sudah
rally sangat tinggi. "Oleh karena itu, dalam jangka waktu pendek, saham-saham sektor ini masih akan melanjutkan koreksi terlebih dahulu dengan adanya aksi
profit taking," ucap Putu saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (14/1). Di sisi lain, dalam jangka panjang, Sukarno masih melihat peluang kenaikan pada sejumlah saham yang mencatatkan
all time high tersebut. "Untuk jangka panjang, yang masih menarik untuk dikoleksi adalah
BBCA,
BBRI,
BRIS, dan
KLBF," ungkap Sukarno.
Menurut dia, jika harga BBCA tidak kembali ke atas Rp 35.300 per saham dalam waktu dekat dan malah
breakdown ke Rp 35.000, maka harga bisa turun dulu ke Rp 33.000. Menurut dia, investor bisa
buy di area tersebut. Sementara itu, untuk BBRI, investor boleh
buy jika
candle selanjutnya memperlihatkan
bullish. Akan tetapi, jika malah
breakdown level Rp 4.720, maka harga berpotensi turun dulu ke
support Rp 4.450. Di level ini, investor bisa
buy jika harga berhasil bertahan dan berbalik
bullish. Putu juga merekomendasikan investor untuk
buy on weakness KLBF dengan target harga Rp 1.750 per saham.
Baca Juga: IHSG ditutup melemah tipis ke 6.428,31, simak sentimen penggeraknya Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati