KONTAN.CO.ID - JAKARTA.
PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) memproyeksi pendapatan perseroan hingga akhir 2023 dapat tumbuh 12% serta laba bersih yang dapat tumbuh 23% dari tahun lalu. VP of Corporate Secretary SMBR Basthony Santri mengatakan sebelumnya pendapatan penjualan semen SMBR periode semester 1-2023 masih tumbuh 2,5% jika dibandingkan periode tahun sebelumnya. Pencapaian ini masih bisa dipertahankan oleh SMBR meskipun kondisi pasar di industri semen pada periode semester 1-2023 cukup menantang.
“Pasar segmen retail masih negative 12% dari semester 1 tahun lalu, meskipun pasar segmen proyek tumbuh 21%,” ungkap Basthony saat dihubungi Kontan, Kamis (05/10).
Baca Juga: Lampaui Target, Kementerian BUMN Apresiasi Integrasi Semen Baturaja (SMBR) Jika menilik laporan keuangan selama semester 1-2023 kemarin, emiten yang berbasis di Sumatera Selatan ini berhasil membukukan laba bersih senilai Rp 16,62 miliar. Dimana realisasi ini hanya naik 2,27% dari laba bersih yang dicetak pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 16,25 miliar. Bersamaan dengan itu, pendapatan SMBR juga tumbuh konservatif. Emiten pelat merah ini membukukan pendapatan senilai Rp 847,09 miliar, naik 2,66% dari pendapatan di semester pertama 2022 sebesar Rp 824,8 miliar. Pendapatan SMBR didominasi oleh penjualan semen kepada pihak ketiga yang mencapai Rp 437,02 miliar. Pendapatan dari hasil penjualan semen kepada pihak ini menyusut hingga 45% dari semula mencapai Rp 806,55 miliar. Pendapatan dari jasa pengangkutan pihak ketiga juga anjlok hingga 84,08% dari semula Rp 1,08 miliar hanya menjadi Rp 172,65 juta. Namun, SMBR mencatatkan pos pendapatan baru, yakni penjualan semen kepada pihak berelasi. Di sepanjang enam bulan pertama 2023 SMBR mencatatkan pendapatan dari PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), PT Semen Padang, dan PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB) senilai Rp 395,03 miliar.
Terkait tantangan yang masih harus dihadapi oleh perseroan hingga kuartal terakhir di tahun ini, Basthony mengungkapkan kondisi
over supply masih menjadi PR besar di industri semen. “Ya, kondisi
over supply menjadikan pasar cukup menantang, khususnya di wilayah Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel),” ungkap Basthony. Untuk mengatasi efek samping dari tantangan ini SMBR menerapkan beberapa strategi, salah satunya dengan menerapkan inovasi dan perbaikan berkelanjutan dalam proses produksi melalui Total Productive Maintenance (TPM).
“Ini untuk meningkatkan efisiensi, menurunkan
downtime dan mengoptimalkan kualitas produksi. Kami juga coba penggunaan bahan bakar alternatif yang memiliki nilai ekonomis,” katanya. Sebagai informasi tambahan, hingga akhir Agustus 2023 perseroan telah menyerap anggaran belanja modal atau
capital expenditure (capex) sebesar Rp 76 miliar. “Alokasi capex tahun ini diprioritaskan kepada investasi pengembangan dan program transformasi industri 4.0,” tutup Basthony. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .