Semen Indonesia menunda ekspansi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) mengurungkan niat menjadi penguasa pasar semen di kawasan ASEAN. Hal ini menyusul kondisi industri semen yang masih belum kondusif.

Memburuknya industri semen tidak hanya terjadi di Indonesia. Kawasan Asia bagian selatan juga mengalami hal serupa. "Kami tunda, kondisi di pasar masih kelebihan pasokan," ujar Hendi Prio Santoso, Direktur Utama SMGR, Kamis (15/4).

SMGR memang berupaya memperbesar penetrasi pasar, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Ini dilakukan antara lain melalui skema akuisisi, pencarian pasar baru, atau hanya sekadar menambah produksi melalui aset luar negeri yang dimiliki.


Saat ini, pasokan semen lebih banyak dibanding permintaan. "Akibatnya, harga tertekan," kata Hendi. Sehingga, jika ekspansi dilakukan hanya akan memperburuk keadaan. 

Harga semen yang belum membaik juga menekan kinerja keuangan SMGR di kuartal tiga 2017 lalu. Penjualan hanya naik sekitar 7% menjadi Rp 20,55 triliun. Laba bersihnya bahkan turun 50% menjadi Rp 1,46 triliun.

Sekretaris Perusahaan SMGR Agung Wiharto menambahkan, ekspansi luar negeri ditunda untuk batas waktu yang tidak ditentukan. Manajemen tak bisa menjamin ekspansi langsung dilanjutkan jika harga semen sudah kembali pada level ekonomis. "Tentu nantinya kami review dulu," kata dia.

Untuk saat ini, SMGR akan fokus pada pasar domestik. Tahun ini akan ada tambahan kapasitas produksi dari Pabrik Indarung menjadi 90%  dan Rembang jadi sekitar 70%.

Dengan demikian, volume produksi SMGR tahun ini ditargetkan bisa meningkat 5%. Sepanjang 2017, volume produksi mencapai 28,96 juta ton. "Soal target pendapatan, itu tergantung mekanisme pasar," imbuh Agung.

Guna mendukung peningkatan produksi, SMGR tahun ini menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) Rp 2,5 triliun. Sebesar Rp 1 triliun digunakan untuk perawatan. Sisa dana untuk proyek perusahaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati