KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (
SMGR) mengakuisisi saham portepel yang diterbitkan oleh PT Karya Logistik Nusantara (KLN). Melansir keterbukaan informasi BEI, SMGR melakukan transaksi penyertaan modal dengan mengambil bagian saham portepel yang diterbitkan PT KLN sebanyak Rp 22,5 miliar. Ini setara dengan porsi kepemilikan sebesar 20,9%. SMGR dan PT KLN merupakan pihak terafiliasi sebagaimana dimaksud dalam POJK 42/2020, karena pemegang saham akhir
(ultimate beneficial owner) kedua perusahaan itu adalah pihak yang sama, yaitu pemerintah.
Sebagai informasi, PT KLN merupakan konsorsium Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya yang akan memasok kebutuhan beton, keseluruhan bahan baku, dan pengelolaan logistik dalam pembangunan IKN.
Baca Juga: IHSG Melonjak ke 7.139 Hari Ini (1/7), BBCA, BMRI, AMMN Paling Banyak Net Buy Asing Research Analyst Phintraco Sekuritas, Muhamad Heru Mustofa mengatakan, aksi tersebut cukup positif. Dengan penyertaan modal SMGR ke PT KLN melalui skema ini membuat SMGR menjadi pemegang saham PT KLN dengan kepemilikan 20,9%. Dengan adanya konsorsium tersebut, akan memperkuat posisi SMGR untuk memasok produk bahan bangunannya untuk proyek pembangunan IKN. “Ini akan memberikan dampak positif bagi pendapatan serta laba bersih SMGR ke depannya. Hal tersebut akan berpotensi menjadi penggerak kinerja SMGR ke depan dan berpotensi membuat harga saham SMGR terapresiasi dengan baik,” ujar dia kepada Kontan.co.id, Senin (1/7). Menurut Heru, aksi ini masih bisa mengerek kinerja SMGR di sisa paruh tahun 2024. Per 6 Juni 2024, progres pembangunan keseluruhan infrastruktur dasar batch I sudah hampir 85% dan batch II sebesar 36%-37%. Sehingga, masih terbuka ruang yang cukup luas bagi SMGR untuk menambah pendapatan dan laba dari pasokan produknya untuk pembangunan IKN. “Apalagi, SMGR telah tergabung dalam konsorsium PT KLN yang merupakan penanggung jawab pasokan beton, bahan bangunan, dan pengelolaan logistik di IKN,” tuturnya.
Baca Juga: Semen Indonesia (SMGR) Maksimalkan Proyek IKN Di sisi lain, sentimen negatif kinerja emiten semen, per hari ini adalah terkait dengan kondisi
oversupply pada industri semen Tanah Air. Kapasitas produksi saat ini terus tumbuh mencapai 119,9 juta ton dan utilisasi produksi sebesar 55%, sementara kebutuhan domestik hanya sebesar 65,5 juta ton. “Sehingga, pergerakan harga saham emiten semen memang tengah mengalami penurunan yang signifikan sejak awal tahun 2024,” ujarnya.
Oversupply yang terjadi saat ini pun terlihat masih menekan kinerja SMGR per hari ini. Hal itu tercermin dalam laporan keuangan terbaru SMGR per kuartal I 2024 yang mengalami penurunan. Asal tahu saja, SMGR mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 6.27% secara tahun alias
year on year (YoY) menjadi Rp 8,37 triliun dari sebelumnya Rp 8,93 triliun di kuartal I 2023. Segmen produksi semen juga mengalami penurunan sebesar 7,17% YoY, sementara segmen produksi non semen mengalami peningkatan terbatas 1,74% YoY. Penurunan pendapatan tersebut juga diikuti oleh penurunan laba bersih di kuartal I 2024 yang cukup signifikan sebesar 19,21% yoy menjadi Rp 470,8 miliar dari sebelumnya Rp 582,7 miliar per akhir Maret 2023. “Artinya, kondisi
oversupply yang terjadi saat ini telah membebani kinerja keuangan SMGR,” papar dia.
Baca Juga: Suntik Modal Rp22,5 miliar, SIG Masuk ke Konsorsium BUMN Karya di IKN Untuk mengatasi kondisi tersebut, SMGR pun harus melakukan langkah-langkah strategis yang tepat dan terarah untuk menjaga kinerja perusahaan. “Salah satunya bisa terkerek dari bergabungnya SMGR dalam konsorsium PT KLN yang berpotensi memberikan dampak yang positif untuk menjaga kinerja SMGR tetap stabil, bahkan meningkat untuk ke depannya,” ungkapnya. Heru melihat harga saham SMGR secara teknikal berpotensi membentuk pola
double bottom dengan area
neckline di Rp 4.100 per saham. Level tersebut juga dapat dijadikan area
resistance terdekat SMGR saat ini. Sehingga, Heru pun merekomendasikan
trading buy untuk saham SMGR dengan area
entry di Rp 3.750-Rp 3.800 per saham, dengan
stop loss di bawah Rp 3.650 per saham. Target harga pertama untuk SMGR berada di level Rp 4.100 per saham. “Jika mampu
breakout neckline di harga Rp 4.100 per saham, maka berpotensi menuju target harga selanjutnya di level Rp 4.750 per saham,” katanya.
Baca Juga: Memasuki Bulan Juli, Cermati Rekomendasi Saham Unggulan untuk Pekan Ini Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan, dengan aksi korporasi tersebut, SMGR berkomitmen untuk menjadi bagian integral dalam penyelenggaraan proyek IKN. “Jadi ini bisa menjadi pendorong kinerja bagi SMGR dan menjadi sentimen positif bagi kinerja harga saham,” ujarnya kepada Kontan, Senin (1/7). Terkait dengan kondisi
oversupply industri semen di Tanah Air, dilihat masih suatu hal yang wajar. “Ini masalah klasik yang telah dihadapi SMGR dan tercermin dari pergerakan harga sahamnya,” ungkapnya. Menurut Nafan,
price to earning ratio (PER) saham SMGR masih di bawah 15x, sehingga masih tergolong menarik. Saat ini, pergerakan saham SMGR sudah mulai masuk tren
sideways, sehingga bisa membentuk fase akumulasi.
Baca Juga: Atur Ulang Strategi Investasi di Semester II-2024 “Tapi, paling tidak
price to book value (PBV) SMGR jadi di bawah 1. Jadi memang secara valuasi SMGR menarik untuk dicermati,” tuturnya.
Di sisa tahun 2024, kinerja SMGR masih tersengat sentimen positif dari permintaan yang kuat dari sektor konstruksi. Dengan adanya potensi pelonggaran kebijakan moneter dari Bank Indonesia (BI) terkait suku bunga, diharapkan kinerja SMGR bisa semakin terkerek naik. “Data inflasi saat ini juga stabil yang masih di rentang 2,5% hingga plus minus 1%. Ini bisa jadi sentimen positif untuk menjalankan ekspansi bisnis bagi SMGR,” paparnya. Nafan merekomendasikan
accumulative buy dengan target harga terdekat di Rp 4.150 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati