Semen Indonesia (SMGR) perlu usaha keras untuk tumbuh positif tahun ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Semen Indonesia (SMGR) membuktikan bisa membukukan kinerja positif di sepanjang tahun lalu meski industri semen cenderung bertumbuh secara moderat. Analis memproyeksikan, usaha SMGR, anggota indeks Kompas100 ini, untuk melanjutkan kinerja positif di tahun ini akan berat.

Emiten produsen semen terbesar Indonesia ini di sepanjang tahun lalu membukukan pertumbuhan laba bersih 90,12% menjadi Rp 3,08 triliun dari Rp 1,62 triliun dari tahun sebelumnya. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini juga catatkan kenaikan pendapatan sebesar 10,36% di sepanjang tahun lalu, dari Rp 27,81 triliun menjadi Rp 30,69 triliun.

Mimi Halimin, analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia mengatakan, kinerja SMGR positif di sepanjang tahun lalu karena kenaikan average selling price (ASP) atau harga jual rata-rata dan efisiensi pengeluaran.


Senada, Alfred Nainggolan, Kepala Riset Koneksi Kapital mengatakan laba bersih SMGR di sepanjang tahun lalu mampu tumbuh karena efisiensi. Namun, Alfred mengatakan karena efisiensi pengeluaran biasanya memiliki batas, maka di tahun ini diproyeksikan pertumbuhan SMGR akan berat. "Efisiensi berhasil dilakukan dan membuat bottom line tumbuh di tahun lalu, tetapi efisiensi tidak bisa linier, artinya belum tentu porsi efisiensi bisa sama dilakukan di tahun ini," kata Alfred, Senin (8/4).

Di awal tahun saja, terlihat permintaan semen domestik tumbuh melambat. Penjualan volume semen domestik di SMGR pun ikut menurun 6,3% yoy di Januari dan hanya tumbuh tipis 1,1% yoy di Februari. Alhasil, dalam dua bulan pertama di tahun ini volume penjualan SMGR turun 3,0% yoy dengan pangsa pasar yang juga turun menjadi 37,9% dari 39,4% di tahun lalu karena seiring penurunan semen grosir atau curah (bulk).

Budi Rustanto, Analis Valbury Sekuritas Indonesia mengatakan, penurunan volume penjualan semen di awal tahun disebabkan karena curah hujan tinggi di kawasan Jawa dan Sumatra. Selain itu, perlambatan proyek baru infrastruktur juga mengganggu permintaan.

Alfred pun memproyeksikan pertumbuhan industri semen di tahun ini tidak signifikan dan SMGR masih akan menerima tekanan dari lebihnya pasokan semen yang membuat ASP menurun. "Meski volume naik tetapi kalau ASP turun, pertumbuhan kinerja jadi tidak besar juga," kata Alfred.

Sementara, Budi memproyeksikan konsumsi semen nasional tumbuh 4% di tahun ini dengan dukungan sektor infrastruktur dan properti yang akan membaik. "Pertumbuhan ekonomi domestik, inflasi yang terkontrol dan stabilnya harga komoditas jadi sentimen positif bagi konsumsi semen domestik," kata Budi dalam riset 4 April 2019. Di tengah tekanan kelebihan pasokan yang masih membayangi, Budi mengatakan SMGR bisa meningkatkan ekspor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati