KONTAN.CO.ID - SEOUL. Ketegangan politik di semenanjung Korea kembali memanas. Berawal dari rencana pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, untuk mengembangkan rudal baru dan persenjataan nuklir yang lebih besar. Menanggapi hal itu, Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol mengatakan, pihaknya sedang dalam pembicaraan dengan Amerika Serikat (AS) untuk mengambil peran lebih aktif dalam mengelola senjata nuklir di semenanjung Korea. “Sementara senjata nuklir adalah milik AS, pembagian intel, perencanaan, dan pelatihan harus dilakukan bersama," kata Yoon dikutip dari Bloomberg, Senin (2/1).
Yoon menambahkan, strategi "payung nuklir" atau "pencegahan yang diperluas" tidak lagi bisa meyakinkan publik sekarang karena Korea Utara telah mengembangkan senjata nuklir dan berbagai rudal. Sejak mengambil alih kekuasaan pada bulan Mei, Yoon telah berusaha untuk menempatkan Korea Selatan di jalur kekuatan militer yang luar biasa melawan Korea Utara, yang telah meluncurkan sejumlah rudal yang bertentangan dengan resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan sedang mempersiapkan uji coba nuklir lainnya. Pada bulan September, Korea Selatan dan AS setuju untuk bekerja sama lebih erat dalam pembicaraan formal pertama mereka tentang pencegahan yang diperpanjang dalam waktu sekitar empat tahun.
Baca Juga: Korea Selatan Berharap Bisa Gunakan Aset Nuklir AS dalam Latihan Militer Bersama Kedua belah pihak sepakat untuk menelusuri jalan untuk meningkatkan kesiapan strategis aliansi melalui peningkatan berbagi informasi, pelatihan, dan latihan, karena terkait dengan ancaman nuklir dan non-nuklir.
Selama akhir pekan, Kim Jong-un berjanji untuk meningkatkan persenjataan nuklirnya pada tahun 2023 untuk menahan tindakan permusuhan AS dan Korea Selatan setelah pertemuan partai yang hampir berlangsung selama seminggu. Korea Utara menembakkan tiga rudal balistik jarak pendek pada hari terakhir tahun ini dan kemudian meluncurkan satu lagi beberapa jam setelah tahun baru dimulai dalam unjuk kekuatan yang menantang yang dapat memicu ketegangan lebih lanjut. Dengan sedikit ancaman sanksi baru dan rencana untuk mengembangkan senjata lebih lanjut termasuk drone, kapal selam, dan rudal, Kim telah mengasah kemampuannya untuk melancarkan serangan nuklir yang kredibel terhadap AS dan sekutunya, seperti Korea Selatan dan Jepang. Pemimpin Korea Utara itu telah meningkatkan ketegangan ke tingkat yang tidak terlihat selama bertahun-tahun dengan menembakkan lebih dari 70 rudal balistik pada tahun 2022, menurunkan pagar pembatasnya untuk penggunaan senjata nuklir dan mengatakan dia melihat tidak perlu kembali ke meja perundingan untuk berunding.
Editor: Anna Suci Perwitasari