Semerbak wangi usaha dekorasi pernikahan



KONTAN.CO.ID - Tak lengkap rasanya sebuah resepsi pernikahan tanpa dekorasi. Selain lebih sedap dipandang, hiasan bisa menyemarakkan suasana pesta, dan momen bahagia itu tampil cantik dalam album foto kenangan.

Seiring makin maraknya pesta pernikahan, maka bisnis dekorasi pun makin menjanjikan peluang usaha yang cantik.

Lisnawati yang berbisnis dekorasi sejak 1994 silam berkata, potensi usaha ini sangat besar. “Klien saya dari seluruh Indonesia,” kata Pendiri Watie Iskandar Decoration di Jakarta ini.


Senada, Syahnaz Rahmalia yang baru terjun ke bisnis dekorasi tiga tahun lalu menyebutkan, usaha dekorasi pernikahan terus berkembang.

Pemilik Evaz Art & Decor (EAD) di kawasan Sentul, Bogor yang mengkhususkan diri pada dekorasi pernikahan etnis mengaku mengalami peningkatan klien setahun terakhir. “Tahun lalu, bisa ada lima enam klien per bulan, sebelumnya cuma dua tiga klien,” ujarnya.

Hal itu, imbuh Syahnaz, bisa menggambarkan betapa cantik potensi bisnis dekorasi pernikahan. Tentu, dengan pengelolaan yang baik.

Untuk membangun bisnis dekorasi pernikahan, Lisnawati menegaskan, Anda harus punya insting seni yang tinggi. Sebab, jasa ini dibutuhkan untuk mewujudkan impian klien mendapatkan suasana resepsi pernikahan idaman.

Misalnya, untuk pernikahan adat Jawa, biasanya klien suka corak alami. Sedang untuk adat Sumatra nuansanya lebih gemerlap. “Jadi, permintaan klien seperti apa, akan menentukan kebutuhan dekorasi,” ujar Lisnawati yang juga menjadi Pembina Asosiasi Pengusaha Jasa Dekorasi Indonesia (Aspedi).

Betul, Syahnaz mengatakan, pelaku bisnis dekorasi pernikahan harus mampu menunjukkan nilai-nilai kreatif yang tidak ketinggalan zaman. Pelaku juga harus memahami benar keunikan dari masing-masing etnis di Indonesia.

Riasan bunga

Secara umum, Lisnawati membeberkan, kebutuhan memulai bisnis dekorasi adalah menyediakan bunga, vas bunga, standing bunga, lampu-lampu, karpet, dan kursi pengantin. Jelas, kebutuhan klien akan menentukan komposisi dan berapa item dari peralatan juga perlengkapan dekorasi.

Kalau ingin tampil gemerlap, tentu jenis lampunya berbeda dengan yang dekorasi alami. Salah satu yang menjadi ciri khas dekorasi pernikahan: riasan bunga.

Nah, tipe bunga juga memengaruhi kecocokan dengan pengaturan dekorasi. Harganya juga berbeda antara bunga lokal dengan impor.

Untuk kembang dalam negeri, biasanya Lisnawati memperoleh dari para petani bunga lokal. Sedangkan bunga asal luar negeri dia beli dari mitra importir bunga yang ada di Jakarta.

Buat lampu-lampu, menurut Lisnawati, tak perlu membeli, bisa berkongsi dengan rekanan yang khusus menyewakan lampu. “Kalau mau beli, banyak kok lampu dijual di Jakarta,” imbuh Lisnawati.

Yang jelas, untuk mengawali usaha ini, sebaiknya bertahap, sesuai kemampuan yang Anda miliki. Bisa berangkat dari kelas pemula, dengan kebutuhan dekorasi pesta pernikahan yang sederhana, lalu berlanjut ke kelas menengah.

Kalau sudah berkembang, baru menyasar kelas atas dan menggandeng pengelola hotel atau gedung. “Tentu, harus juga bekerjasama dengan pihak wedding organizer (WO),” kata Lisnawati.

Memang, Lisnawati tidak langsung memberikan gambaran berapa omzet bisnisnya per bulan. Namun, untuk keuntungan bersih usaha ini berkisar 10%–20% dari pendapatan.

Beda dengan Lisnawati, klien Syahnaz masih seputaran kawasan Jakarta, Depok, dan Bogor. Dia pun menggandeng WO untuk mendapatkan klien. Tapi, ada juga beberapa klien yang berasal dari luar Jawa.

Syahnaz membuka tarif jasa dekorasi mulai Rp 10 juta hingga Rp 100 juta, tergantung kebutuhan pesta. Biasanya porsi jasa dekorasi mencaplok 20%–40% dari total biaya jasa WO.

Syahnaz memperoleh perlengkapan EAD dengan membeli dari dalam negeri, tidak ada yang impor. Termasuk, bunga yang ia peroleh dari pasar-pasar bunga yang berada di sekitaran Bogor serta Jakarta.

Untuk mengerjakan dekorasi, Syahnaz dibantu lima karyawan. Agar bisa memberikan penawaran dekor yang kreatif, jelas butuh tenaga kerja yang terampil lagi kreatif.

Pebisnis dekorasi pernikahan harus terus meningkatkan kemampuan kreasi seni penata dekor dan karyawannya. Ini untuk memberikan beberapa pilihan gaya dekor yang kekinian kepada para klien.

Misalnya, memunculkan dekorasi pernikahan gaya etnik dengan elemen hiasan barang-barang kuno. Bisa pula dekorasi gaya kontemporer dengan bahan semua dari botol bekas, atau  gaya-gaya nyentrik lainnya.

Walhasil, kreativitas bukan hanya memahami banyak style dan seni dekorasi, tapi juga masalah bahan serta teknisnya.

Untuk itu, Syahnaz sengaja merekrut karyawan yang sudah berpengalaman menangani dekorasi. Seiring dengan banyaknya pengalaman, maka pengetahuan dan ide pun lebih kaya.

Modal awal

Anda tertarik berkecimpung di bisnis dekorasi pernikahan? Lisnawati memberi saran, siapkan modal awal Rp 50 juta hingga Rp 100 juta.

Beberapa tahun lalu, mungkin cukup dengan modal Rp 30 juta. Tetapi, seiring kenaikan harga barang, maka kebutuhan modal usaha ini juga ikut terdongkrak.

Modal sebesar itu untuk pemain yang ingin mendekorasi pesta pernikahan di gedung-gedung berukuran kecil atau sedang, dengan kapasitas maksimal 300 orang.

Untuk gedung ukuran besar, modal awalnya bisa di atas Rp 100 juta. Prinsipnya, semakin besar ukuran gedung, maka semakin besar pula modal yang dibutuhkan.

Segendang sepenarian, menurut Syahnaz, modal awal sekitar Rp 50 juta sudah bisa mengoperasikan bisnis dekorasi pengantin untuk kelas menengah ke bawah. Sebanyak 70%–80% modal awal habis untuk membeli berbagai perlengkapan dan peralatan.

Lantaran bisnis dekorasi pernikahan termasuk segmen usaha kreatif, Lisnawati kembali menegaskan, maka ide-ide brilian yang mengikuti perkembangan zaman jelas menjadi roh bisnis ini. Kalau sekadar menyontek ide orang lain, sih, bisa saja.

Tapi, Lisnawati menegaskan, konsistensi dan kekhasan juga menjadi nilai plus dari bisnis dekorasi pernikahan.

Siap memulai usaha ini?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: S.S. Kurniawan