JAKARTA. PT Bank Bukopin mencatatkan Non Performing Loan (NPL) atau kredit bermasalah di level 3,51% hingga akhir Juni 2016. Ini naik 0,7% dibandingkan Desember 2015. Direktur Keuangan dan Perencanaan Bank Bukopin, Eko R Gindo bilang, level NPL sebesar itu masih terbilang aman. “NPL terbesar kita ada di sektor komersial sebesar 3,48%, retail senilai 3,46, di UKM 3,9% dan konsumer 3,9%” kata Eko (1/8). Lebih lanjut, Eko menilai NPL hanya peringatan dini dan bukan potensial loss. Bank berkode saham BBKP ini optimistis kenaikan NPL dapat diantisipasi. “Seluruh kredit yang disalurkan Bukopin selalu disertai agunan. Untuk UKM Bank Bukopin seluruhnya pakai agunan fix aset begitupun kredit rumah dan mikro,” tuturnya. Eko menambahkan, untuk kredit komersial sebesar 3,5% hanya berasal dari 4 kreditur dan pihak Bukopin juga telah melakukan antisipasi mengenai hal tersebut. “Kami telah identifikasi langkah penyelesaian NPL itu dengan lelang target di Desember 2016 nanti, jadi bisa recovery aset. Sebagai informasi tambahan, meski NPL meningkat, Bukopin mencatatkan pertumbuhan laba bersih di Semester I 2016 sebesar 14,13% menjadi Rp 581 miliar dibandingkan dengan periode sebelumnya sebesar Rp 509 miliar. Pertumbuhan laba bersih ini ditopang oleh kenaikan pendapatan bunga Bukopin sebesar 16,28% year on year (yoy) menjadi Rp 4,6 triliun.
Semester 1, NPL Bank Bukopin di level 3,51%
JAKARTA. PT Bank Bukopin mencatatkan Non Performing Loan (NPL) atau kredit bermasalah di level 3,51% hingga akhir Juni 2016. Ini naik 0,7% dibandingkan Desember 2015. Direktur Keuangan dan Perencanaan Bank Bukopin, Eko R Gindo bilang, level NPL sebesar itu masih terbilang aman. “NPL terbesar kita ada di sektor komersial sebesar 3,48%, retail senilai 3,46, di UKM 3,9% dan konsumer 3,9%” kata Eko (1/8). Lebih lanjut, Eko menilai NPL hanya peringatan dini dan bukan potensial loss. Bank berkode saham BBKP ini optimistis kenaikan NPL dapat diantisipasi. “Seluruh kredit yang disalurkan Bukopin selalu disertai agunan. Untuk UKM Bank Bukopin seluruhnya pakai agunan fix aset begitupun kredit rumah dan mikro,” tuturnya. Eko menambahkan, untuk kredit komersial sebesar 3,5% hanya berasal dari 4 kreditur dan pihak Bukopin juga telah melakukan antisipasi mengenai hal tersebut. “Kami telah identifikasi langkah penyelesaian NPL itu dengan lelang target di Desember 2016 nanti, jadi bisa recovery aset. Sebagai informasi tambahan, meski NPL meningkat, Bukopin mencatatkan pertumbuhan laba bersih di Semester I 2016 sebesar 14,13% menjadi Rp 581 miliar dibandingkan dengan periode sebelumnya sebesar Rp 509 miliar. Pertumbuhan laba bersih ini ditopang oleh kenaikan pendapatan bunga Bukopin sebesar 16,28% year on year (yoy) menjadi Rp 4,6 triliun.