Semester I 2008, Penjualan BUMI Capai US$ 1,49 Miliar



JAKARTA. Akhirnya, laporan keuangan lengkap PT Bumi Resources Tbk (BUMI) muncul juga. BUMI baru saja merilis laporan keuangan semester pertama tahun ini, yang merupakan hasil penelaahan terbatas (limited review) akuntan publik Jimmy Budhi dan Rekan.

Senior Vice President Investor Relations Bumi Resources Dileep Srivasatava mengungkapkan, bahwa penelaahan terbatas diperlukan untuk berjaga-jaga apabila ternyata BUMI berniat mencari pendanaan eksternal. Hal itu juga merupakan permintaan dari induk BUMI yaitu PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR). "Sehingga bisa lebih mudah nantinya," tuturnya, di Jakarta hari ini. Ia pun menampik upaya limited review tersebut berkaitan dengan penggadaian saham BUMI yang dilakukan oleh BNBR.

Dari hasil penelaahan terbatas laporan keuangan BUMI, pada paruh pertama 2008, BUMI tetap membukukan peningkatan pendapatan yang signifikan. Angka penjualan Bumi berhasil mencapai US$ 1,49 miliar pada periode semester I ini. Itu artinya, penjualan BUMI melonjak 29,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.


Meski demikian, laba bersih BUMI justru menurun 58,1% dibandingkan pencapaian semester pertama tahun 2007. Di tahun ini,  BUMI membukukan laba bersih US$ 301,8 juta atau sekitar Rp 2,77 triliun. Padahal di semester pertama tahun lalu, perusahaan ini berhasil mencetak laba bersih hingga US$ 720,3 juta.

Namun, jika ditelusuri lebih jauh, sebetulnya laba usaha BUMI tetap menanjak signifikan. Di semester pertama tahun ini, laba usaha BUMI menanjak 101,84% dibandingkan semester pertama 2007 menjadi US$ 423, 42 juta. Ada penyebab utama turunnya laba bersih BUMI di semester I 2008 ini. Pada tahun lalu, BUMI mendapat untung besar dari penjualan investasi anak perusahaan senilai US$ 547,15 juta. Walhasil, laba bersih BUMI di semester pertama 2007 melejit hingga US$ 720,3juta.

Masih Menunggu Waktu yang Tepat untuk Buyback

Di luar itu, hingga saat ini, Bumi Resources belum kunjung merealisasikan rencananya untuk melakukan pembelian kembali (buyback) sahamnya di pasar. Sedianya, Bumi bakal melakukan buyback pada tahun ini. Apalagi, perusahaan ini sudah mengantongi restu dari Rapat Umum Pemegang Saham yang digelar 12 Juni lalu.

Rencananya, BUMI akan membeli kembali sekitar 194 juta saham atau 1% dari total modal disetornya. Adapun harga buyback saham yang dipatoknya sangat premium yaitu mencapai maksimal Rp 11.600 per saham. Untuk mewujudkan rencana tersebut, emiten berkode sandi BUMI itu sudah menyiapkan dana hingga Rp 2,2 triliun.

Manajemen mengaku masih menunggu waktu yang tepat untuk melakukan niatan tersebut. "Kami tidak terburu-buru karena  kami masih memiliki banyak waktu hingga dua tahun mendatang," ungkapnya.

Analis CIC Securities Willy Sanjaya menilai, keinginan BUMI melakukan buyback kemungkinan harus tertunda karena perusahaan ini lebih fokus pada beberapa kepentingan lain. "Mereka habis membayar Herald dan lain sebagainya. Sehingga, mereka tidak fokus untuk buyback," ungkapnya.

Selain itu, Bumi Resources juga baru saja mendapatkan utang senilai US$ 260 juta dari Credit Suisse First Boston (CSFB) Singapura. Pinjaman tersebut terbagi dalam dua jangka waktu yaitu senilai US$ 200 juta untuk dua tahun dan sebesar US$ 60 juta berjangka waktu dua bulan.

Dileep mengatakan pinjaman tersebut akan digunakan untuk modal kerja biasa. Modal kerja yang dimaksud adalah untuk pengembangan eksplorasi batubara dan upaya terus menemukan cadangan baru demi bisa meningkatkan total cadangannya hingga dua kali lipat.

Selain itu, Bumi juga membuka kemungkinan untuk menggunakan dana tersebut buat pengembangan anak usaha barunya, Herald Resources Ltd. Saat ini Bumi sedang menyusun strategi pengembangan terbaik untuk Herald. "Kami lihat nanti, jika memang Herald membutuhkan, maka bisa saja digunakan untuk itu juga," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie