Semester I-2010, NIKL Bisa Raih Penjualan Sekitar Rp 600 Miliar



JAKARTA. Kinerja PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL) alias Latinusa, semakin bagus setelah Nippon Steel masuk sebagai pemegang saham. Per akhir Mei lalu, anak usaha PT Krakatau Steel ini mampu memproduksi pelat timah sebanyak 49.000 ton atau naik 22,5% dari periode yang sama 2009.

Direktur Keuangan NIKL Erwin mengungkapkan, masuknya Nippon Steel membuat pasokan bahan baku menjadi semakin lancar. Ia bilang, sebelumnya Latinusa selalu kesulitan mendapatkan bahan baku. Akibatnya, meski permintaan pelat timah meningkat, NIKL kesulitan untuk menggenjot produksi.

Erwin menambahkan, selain bahan baku yang lancar, produksi NIKL meningkat juga karena membaiknya perekonomian Indonosia. Pasalnya, sejalan dengan penjualan makanan kaleng yang meningkat, permintaan pelat timah juga ikut menanjak. "Sebagai produsen bahan baku kaleng makanan, penjualan kami ikut meningkat," tambahnya.


Berkat kenaikan produksi pelat timah, pundi-pundi uang NIKL makin gendut. Erwin memperkirakan, sampai akhir semester I-2010, Latinusa bisa mengantongi pendapatan sekitar Rp 600 miliar dan laba bersih sekitar Rp 55 miliar.

Di semester II, prediksi Erwin, penjualan pelat timah akan semakin meningkat. Ia beralasan, kegiatan seperti perayaan lebaran selalu mendorong penjualan makanan kaleng. Dengan demikian, permintaan pelat timah juga pasti akan bertambah.

Tahun ini, NIKL menargetkan dapat memproduksi pelat timah sebanyak 120.000 ton. NIKL juga berusaha meningkatkan pangsa pasar pelat timahnya di pasar domestik dari 55% di 2009 menjadi 63%.

Jika target itu tercapai, Erwin yakin, NIKL bakal mengantongi pendapatan Rp 1,6 triliun atau naik 35,59% dibandingkan tahun lalu yang sebesar Rp 1,18 triliun. Adapun, laba bersihnya akan meningkat 114,28% dari Rp 42 miliar menjadi Rp 90 miliar.

Target laba bersih NIKL itu hampir sama dengan proyeksi PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Dalam risetnya 11 Juni lalu, Pefindo menaksir penjualan NIKL di 2010 sebesar Rp 1,5 triliun dengan laba bersih Rp 91 miliar. Pefindo menjelaskan, selama kuartal I-2010, pertumbuhan industri makanan dan minuman domestik mencapai 4,5%, lebih tinggi daripada kuartal I tahun lalu yang tumbuh 1,9%.

Pertumbuhan industri makanan dan minuman itu membuat penjualan NIKL naik tajam. Sampai kuartal I, NIKL mampu menjual pelat timah 29,632 ton atau naik 56% daripada periode sama 2009. Walhasil, penjualan NIKL naik 27,1% menjadi Rp 356,7 miliar. Adapun laba bersihnya mencapai Rp 36,4 miliar, melonjak dari rugi bersih Rp 42,25 miliar setahun sebelumnya.

Pefindo menilai harga wajar NIKL Rp 400 per saham. Jumat (25/6), harga NIKL naik 1,69% ke Rp 300 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can