Semester I-2015, komoditas energi menguat tipis



JAKARTA. Meski permintaan global menukik, harga komoditas energi masih mampu menguat tipis di sepanjang semester I-2015. Namun di semester II-2015, laju harga komoditas energi tetap dibatasi oleh permintaan yang masih rendah dan apresiasi dollar Amerika Serikat (AS).

Mengutip Bloomberg, Rabu (1/7) pukul 14.08 WIB, harga minyak kontrak pengiriman Agustus 2015 di New York Merchantile Exchange senilai US$ 58,47 per barel. Artinya, selama satu semester harga minyak naik 3,63%.

Harga komoditas energi lain, yakni batubara juga menguat. Harga batubara kontrak pengiriman Agustus 2015 di bursa ICE Comodity Exchange menguat 1,18% ke US$ 59,60 per metrik ton pada separuh pertama tahun 2015.


Di awal tahun, analis SoeGee Futures Nizar Hilmy mengatakan, harga minyak tertekan karena adanya faktor pasokan yang berlimpah. Sedangkan organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) enggan memangkas produksi.

Di saat bersamaan, dollar AS yang menguat semakin menggerus harga komoditas yang dijual dalam USD. Padahal dari sisi permintaan tengah terkikis akibat krisis ekonomi global terutama China sebagai konsumen utama.

Harga minyak mencapai level terendah pada 17 Maret 2015 di level US$ 49,65 per barrel. "Tingginya stok tidak beriringan dengan permintaan yang turun karena ekonomi global goyah," kata Nizar.

Harga minyak mulai pulih lagi hingga mencapai level tertinggi pada 6 Mei 2015 di US$ 62.56 per barel. "Kenaikan ini terjadi karena isu geopolitik dari timur tengah dan memasuki kuartal kedua produksi shale minyak di Amerika Serikat mulai menurun," jelas Nizar. Ditambah lagi, terjadi musim badai di Teluk Meksiko, AS yang sempat menganggu produksi dan distribusi minyak.

Permintaan juga tengah meningkat karena pada awal musim panas di AS banyak orang berlibur menggunakan kendaraan pribadi, sehingga menaikkan ekspektasi permintaan minyak

Sedangkan batubara, menurut Direktur PT Komoditi Ekuilibrium Berjangka Ibrahim, harga sempat menyentuh level tertinggi sejak Desember 2014 lalu di level US$ 63,17 per metrik ton pada 16 Februari 2015. Penguatan harga terjadi karena permintaan di AS dan Eropa bertambah saat musim dingin untuk kebutuhan pemanas ruangan.

Namun saat musim berganti, permintaan batubara kembali merosot. Level terendah harga batubara sejak 2009 disentuh pada 8 April 2015 di US$ 51,70 per metrik ton. Faktor utamanya adalah kontraksi ekonomi negara konsumen utama batubara, yakni Tiongkok dan negara-negara Eropa. "China terus memangkas suku bunga untuk yang ketiga kalinya dan Eropa terbebani masalah Yunani yang menunggak utang kepada IMF," papar Ibrahim.

Ia melihat, prospek harga batubara ke depan masih bearish. "Isu penggunaan energi ramah lingkungan, belum membaiknya ekonomi global yang mengikis permintaan serta spekulasi suku bunga The Fed jadi penyebabnya," katanya.

Di akhir kuartal III-2015 mendatang Ibrahim memprediksi, harga batubara bergerak di kisaran US$ 57,50– US$ 59,00 per metrik ton. Akhir  2015 di US$ 50,00–US$ 55, 00 per metrik ton

Sementara Nizar menduga, harga minyak akan konsolidasi hingga akhir tahun. Menurutnya, harga minyak sulit menanjak melebihi level US$ 62 per barel. Di akhir 2015 ia memprediksi,  harga minyak di US$ 60 per barrel. Rencana kenaikan suku bunga AS di akhir tahun bakal menyebabkan dollar AS perkasa, sedangkan harga minyak dan batubara meredup.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa