Semester I-2018, kinerja bank kecil secara industri melambat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan kredit bank kecil sampai paruh pertama tahun 2018 belum semanis rata-rata pertumbuhan industri. Data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan per Mei 2018 pertumbuhan kredit bank umum kelompok usaha (BUKU) I dan II masing-masing baru tumbuh 8,36% dan 2,8% secara tahunan atau year on year (yoy).

Angka tersebut jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata kredit industri perbankan yang meningkat 10,54% secara yoy per Mei 2018. 

Meski begitu, PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (Bank Banten) menyebut bahwa kinerja perseroan di paruh pertama 2018 sudah lebih baik dibandingkan capaian pada tahun 2017 lalu.


Direktur Utama Bank Banten Fahmi Bagus Mahesa menjelaskan, secara year to date (ytd) posisi kredit Bank Banten meningkat 10,6% menjadi Rp 5,65 triliun dibandingkan posisi Desember 2017. Bila merujuk laporan keuangan secara tahunan kredit Bank Banten juga meningkat 41,25% dari realisasi akhir Juni 2017 yang mencapai Rp 4 triliun.

Fahmi melanjutkan, dari sisi DPK perseroan membukukan realisasi sebesar Rp 6,32 triliun pada kuartal II-2018 atau tumbuh 13,72% dibandingkan posisi Desember tahun lalu. Dus, bank bersandi emiten BEKS ini juga berhasil mencatatkan total aset mencapai Rp 8,15 triliun atau naik 6,37% dibandingkan posisi Desember 2017. Secara tahunan, total aset perseroan meningkat 10,73%.

"Pada tahun 2018, Bank Banten tetap fokus untuk meningkatkan pertumbuhan kredit dan DPK sesuai rencana bisnis bank," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (25/7). 

Segmen kredit yang menjadi andalan Bank Banten tahun ini antara lain kredit komersial, konstruksi APBD dan APBN serta kredit mikro di kawasan Banten.

Berbeda dengan Bank Banten, PT Bank Dinar Indonesia Tbk justru mencatatkan pertumbuhan melambat di paruh pertama tahun ini. Dalam laporan kinerja semester I-2018, bank bersandi emiten bursa DNAR ini mencatatkan penurunan laba bersih 24,7% yoy menjadi Rp 5,15 miliar. Penurunan laba ini lantaran kenaikan beban operasional dari Rp 32,53 miliar menjadi Rp 38,22 triliun atau naik 17,5% yoy.

Kenaikan beban tersebut menutup pertumbuhan pendapatan bank yang naik 5% menjadi Rp 101,72 miliar, dari sebelumnya Rp 96,83 miliar. Sedangkan penyaluran kredit tumbuh tipis 2,27% dari Rp 1,32 triliun menjadi Rp 1,35 triliun.

Laju penyaluran kredit ini lebih lambat ketimbang penghimpunan dana nasabah. Bank Dinar menghimpun dana pihak ketiga (DPK) Rp 1,77 triliunnaik 8,58% yoy dari Rp 1,63 triliun. Berdasarkan kinerja tersebut, aset bank Dinar tumbuh 8,84% yoy dari Rp 2,26 triliun menjadi Rp 2,46 triliun.

Direktur Utama Bank Dinar Hendra Lie angkat bicara soal kinerja tersebut. Menurutnya perlambatan dari sisi kredit mempengaruhi capaian kinerja perseroan di semester I-2018. Hendra menilai, kredit yang baru tumbuh tipis dikarenakan pada semester I-2018 permintaan kredit perseroan cenderung menurun.

Meski begitu, pihaknya tetap optimistis sampai dengan akhir tahun kredit perseroan dapat tumbuh di kisaran 8,5%. Target ini jauh lebih rendah dari proyeksi awal tahun manajemen sebesar 17,5%.

"Permintaan kredit di Bank Dinar melambat, target Desember 2018 sebesar 8,5%," ungkapnya. 

Sampai penghujung tahun Bank Dinar masih akan fokus pada penyaluran untuk kredit usaha kecil atau UKM sebagai penopang kenaikan kredit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi