Semester I-2021, imbal hasil obligasi korporasi berhasil ungguli obligasi negara



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah sempat tertekan pada tiga bulan pertama tahun ini, pasar obligasi Indonesia mengalami perbaikan sepanjang kuartal II-2021. Selama enam bulan pertama di tahun ini, obligasi korporasi berhasil mengungguli obligasi negara dari sisi kinerja.

Merujuk data Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), total return obligasi korporasi tercatat sebesar 4,84%. Jauh lebih tinggi dibanding total return obligasi negara yang hanya naik 0,96% saja.

Head of Fixed Income Sucorinvest Asset Management Dimas Yusuf mengungkapkan, sepanjang semester I-2021, penerbitan obligasi korporasi relatif tidak banyak.  Sementara di satu sisi, likuiditas justru terus tumbuh. Dengan minimnya pasokan, harga dan total return obligasi korporasi pun mengalami kenaikan yang oke di tengah pasar yang justru sedang volatile. 


“Ditambah lagi, obligasi korporasi juga punya rata-rata kupon yang lebih tinggi dibandingkan obligasi negara. Sementara obligasi negara sepanjang semester I-2021 kinerjanya tertekan oleh kenaikan yield US Treasury pada awal tahun silam,” kata Dimas kepada Kontan.co.id, Rabu (30/6).

Baca Juga: Waskita Karya (WSKT) dan anak usaha sudah restrukturisasi kredit Rp 15,7 triliun

Asal tahu saja, saat itu yield US Treasury memang sempat naik tajam dan membuat yield SBN ikut naik yang pada akhirnya membuat harga obligasi negara terkoreksi. 

Memasuki paruh kedua tahun ini, Dimas justru menilai obligasi negara berpotensi mencatatkan kinerja yang jauh lebih baik dibanding paruh pertama kemarin. Pasalnya, saat ini yield US Treasury sudah jauh lebih stabil dibanding awal tahun. 

Walau tidak dipungkiri, dalam jangka pendek akan tertekan seiring dengan kenaikan kasus Covid-19 dan adanya pembatasan sosial.

Dimas justru menyebut momen koreksi tersebut jadi momen yang tepat untuk masuk ke pasar SBN karena memang tekanannya tidak akan berlarut-larut. 

Pada akhir semester I-2021, The Fed justru memberi sinyal akan melakukan normalisasi suku bunga jauh lebih cepat dari perkiraan, sehingga pasar mengekspektasikan terjadinya tapering.

Kendati demikian, Dimas menyebut imbas dari tapering pada pasar obligasi Indonesia cenderung minim. Hal ini lantaran pasar sudah mengekspektasikan hal tersebut seiring dengan komunikasi dari The Fed yang jauh lebih baik dibanding 2013 silam dengan memberikan guidance dan jangka waktu agar pasar bisa bersiap-siap. 

“Di satu sisi, penerbitan obligasi korporasi juga akan semakin semarak pada semester II-2021 sehingga supply akan meningkat. Oleh karena itu, ada potensi obligasi negara akan mengejar ketertinggalan dari obligasi korporasi,” imbuh Dimas.

Pada akhir tahun nanti Dimas memperkirakan yield SBN acuan 10 tahun akan berada di area 6,5%. Level ini tidak jauh berbeda dari kondisi saat ini, karena hari ini, Rabu (30/6) yield SBN 10 tahun ada di level 6,56%. 

“Tapi perlu diingat, kupon SBN itu salah satu yang paling tinggi dibanding peers, jadi ini akan membantu return obligasi negara ke depan,” tutup Dimas.

Selanjutnya: Kinerja Obligasi Pemerintah Mulai Membaik di Kuartal II

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi