KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten dengan kapitalisasi pasar alias
market capitalization (market caps) kecil hingga menengah berhasil mencetak pertumbuhan laba dan pendapatan di semester pertama 2022. PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) misalnya, berhasil meningkatkan kinerja keuangan sepanjang semester pertama 2022. Emiten dengan kapitalisasi pasar Rp 17,78 triliun ini meraih laba bersih US$ 66,90 juta di semester pertama 2022. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, ESSA mencatat kerugian senilai US$ 10,72 juta. Kenaikan laba bersih ini tidak terlepas dari kenaikan topline, dimana ESSA melaporkan pendapatan sebesar US$ 351 juta, melesat naik 153% dari realisasi pendapatan di periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 138.93 juta.
Baca Juga: Saham Emiten Teknologi Sulit Melaju Kencang, Ini Penyebabnya Presiden Direktur PT Surya Esa Perkasa Tbk Vinod Laroya menyatakan, ini merupakan pendapatan tertinggi yang pernah diraih ESSA. Laroya mengatakan, pasar komoditas global mengalami kenaikan harga yang tajam seiring dengan ekspektasi pemulihan global yang tengah berlangsung. Di sisi lain, harga tetap tinggi karena kendala pasokan yang terus berlanjut akibat dari krisis Rusia-Ukraina. Dia menyebut, harga realisasi amoniak mengalami lonjakan 145% year-on-year (YoY) menjadi US$ 908 per metrik ton (MT), sementara harga liquified petroleum gas (LPG) naik 50% YoY menjadi US$ 821 per MT untuk semester pertama 2022. Harga amoniak di Amerika Serikat (AS) dan Eropa mulai melonjak sejalan dengan meningkatnya permintaan pascapandemi sejak kuartal keempat 2021. Semakin terbatasnya pasokan gas di Eropa membuat harga tetap tinggi yang kemudian berdampak langsung pada biaya produksi amoniak. Sejalan dengan harga global, harga amoniak di Asia telah stabil pada tingkat yang lebih tinggi yaitu sekitar US$ 1.000 per MT. “Peningkatan pendapatan yang luar biasa berkat keunggulan operasional yang konsisten, yang didukung oleh harga amoniak dan LPG yang lebih tinggi,” terang Laroya, belum lama ini. Emiten yang bergerak di bidang perdagangan batubara, yakni PT Sumber Global Energy Tbk (SGER), juga berhasil membukukan kinerja ciamik sepanjang semester pertama 2022. Emiten dengan market caps Rp 4,23 triliun ini membukukan laba bersih senilai Rp 476,17 miliar. Angka ini melejit 1.496% dari realisasi laba bersih yang ditorehkan pada periode yang sama tahun lalu yang hanya Rp 29,82 miliar SGER juga tercatat juga mengalami peningkatan yang signifikan pada pos pendapatan. Tercatat, pendapatan SGER naik hingga 310% menjadi Rp 3,5 triliun dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya Rp 1,14 triliun.
Baca Juga: IHSG Diprediksi Masih akan Positif hingga Akhir 2022, Saham-saham Ini Bisa Ditimbang Direktur Utama PT Sumber Global Energy Tbk Welly Thomas merinci, terdapat sejumlah faktor yang mendorong peningkatan pendapatan dan laba bersih SGER, salah satunya kenaikan penjualan batubara. Pada enam bulan pertama 2022, SGER merealisasikan penjualan batubara ke pasar lokal sebanyak 226.205 MT. Sedangkan penjualan batubara ke pasar ekspor mencapai 2,55 juta MT. Jika diakumulasikan, total volume penjualan SGER sebesar 2,77 juta MT. Tahun ini SGER membidik target penjualan sebesar 4,5 juta MT batubara. Dengan demikian, SGER sudah merealisasikan 61,5% dari target yang dipasang. Dari sisi topline, SGER mematok target pendapatan Rp 5 triliun di tahun ini. Sementara per semester pertama 2022, SGER sudah mengantongi pendapatan Rp 3,5 triliun alias 70% dari target Emiten yang bergerak di bidang jasa tambang batubara, yakni PT RMK Energy Tbk (RMKE) juga kecipratan berkah harga batubara. RMKE membukukan pendapatan sebesar Rp 1,07 triliun hingga semester I 2022, naik 159,06% year on year (yoy). Kinerja apik juga dicatatkan RMKE dari sisi bottom line, dimana RMKE menorehkan laba bersih mencapai Rp 141,8 miliar. Capaian ini meningkat sekitar 261,53% yoy dari periode sama tahun sebelumnya. Direktur Utama PT RMK Energy Tbk Tony Saputra mengungkapkan, kenaikan harga komoditas batubara menjadi salah satu faktor pendorong kinerja enam bulan pertama tahun ini. "Harga batubara yang sangat baik sepanjang semester I 2022 berkotribusi signifikan terhadap kinerja kami, walaupun pemerintah sempat melarang ekspor batubara pada Januari lalu," ungkap Tony dalam keterangan resmi, Kamis (11/8). PT Saraswanti Anugerah Makmur Tbk (SAMF) juga berhasil mendongkrak kinerja. Emiten dengan market caps Rp 2,44 triliun ini mengantongi penjualan Rp1,45 triliun, melejit 103% dibandingkan periode sama 2021 yang sebesar Rp711,88 miliar. Karena itu, manajemen SAMF merevisi target penjualan tahun 2022. “Kami melakukan peningkatan proyeksi penjualan tahun 2022, awalnya Rp2,4 triliun menjadi Rp2,88 triliun,” terang Yahya Taufik, Direktur Utama Saraswanti Anugerah, Kamis (4/8). PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB) juga mencetak kinerja positif sepanjang enam bulan pertama 2022. Emiten produsen semen merek Dynamix ini membukukan laba bersih Rp 260,97 miliar di semester pertama 2022. Angka ini naik 4,7% dari realisasi laba bersih pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 249,26 miliar
Baca Juga: Peluang Investasi Saham Saat Inflasi Global Kenaikan laba bersih ini sejalan dengan naiknya pendapatan. Pada semester pertama 2022, anak usaha PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) ini membukukan pendapatan senilai Rp 5,58 triliun, naik 10,21% dari pendapatan di semester pertama 2021 sebesar Rp 5,06 triliun.
Direktur Utama Solusi Bangun Indonesia, Lilik Unggul Raharjo mengatakan, krisis energi berkepanjangan sejak tahun 2021, masih terus membayangi kinerja industri semen. Meskipun pemerintah telah mengeluarkan kebijakan harga batubara domestic market obligation (DMO), dampak kenaikan harga batubara sejak tahun 2021 masih membebani industri semen untuk tetap mempertahankan kinerja yang positif. Lilik menyebut, SMCB akan terus menerapkan upaya sinergi dan program-program efisiensi serta arus kas sebagai prioritas, di tengah tantangan berat yang akan terus berlanjut di semester ini. “Kenaikan harga-harga yang juga dialami masyarakat, termasuk harga produk harus dibarengi dengan nilai tambah yang bisa kami berikan, baik melalui produk dan layanan yang lebih baik atau kecepatan layanan dan kemudahan berbisnis”, ujar Lilik, Jumat (12/8). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .