KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (
ISSP) mengumumkan pencapaian semester pertama tahun 2023. ISSP berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp 203 miliar rupiah, atau meningkat 6.8% dibandingkan realisasi di semester pertama 2022. Corporate Secretary & Investor Relations ISSP Johanes W. Edward mengatakan, pertumbuhan laba bersih ini didorong olah stabilnya harga baja sehingga mampu menjaga minat beli konsumen di paruh pertama tahun ini. “Nilai penjualan bersih pada semester I-2023 ini turun 2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, dikarenakan penurunan ASP terkait penurunan harga baja global,” ungkap Johanes, dalam siaran pers, Kamis (27/7).
Baca Juga: Spindo (ISSP) Raih Kontrak Pengadaan Pipa Pancang untuk Pembangunan Jembatan di IKN Secara volume penjualan, ISSP mencatatkan kenaikan sekitar 3%. Kenaikan ini terutama ditunjang kenaikan permintaan dari sektor infrastruktur dan otomotif. Selain itu, kenaikan permintaan pipa migas dan stainless steel juga membantu peningkatan kinerja selama semester pertama lalu. Selain performa penjualan yang baik, ISSP juga mencatatkan perbaikan kinerja keuangan, terutama terlihat dari meningkatnya Current Ratio menjadi 2.12x dari 1,68x pada FY2022. Debt to Equity Ratio juga turun menjadi 0.72x dibandingkan 0.79x pada Fy 2022. ISSP juga kini sedang menyelesaikan PUB II tahap II dengan tenor 1 tahun yang memberikan bunga dan imbal hasil setara 7% per tahun. Jika dibandingkan dengan SUN dengan tenor yang sama, maka Obligasi dan Sukuk yang ditawarkan memiliki
spread 1%. Sehingga saat ini ISSP telah Mengurangi total utang, memperpanjang durasi dan pada saat yang sama melakukan penghematan biaya financial (
Cost of Fund). “Dampak lain dari
improvement yang telah dilakukan adalah kami membukukan
Cash Flow from operation +(positif) sebesar Rp 222 miliar. Kami perkirakan kondisi ini akan berlangsung terus menerus, dengan telah dilakukannya penataan durasi likuiditas menjadi lebih panjang,” tuturnya.
ISSP berharap harga baja dapat terus bertumbuh di semester kedua ini. Beberapa katalis positifnya antara lain, pembangunan infrastruktur, pemulihan ekonomi pasca covid-19, realisasi pembangunan IKN dan juga industri terkait hilirisasi.
Sektor otomotif, terutama industri Electric Vehicle (EV) yang sedang berkembang juga diharapkan mampu berkontribusi terhadap peningkatan permintaan pipa produksi dalam negeri, khususnya ISSP. “Dalam hal ini peran pemerintah untuk mencegah banjirnya produk pipa china dengan praktek HS circumvention sangat diperlukan, mengingat saat ini masih banyak oknum yang berusaha melakukan impor dengan dalih spare part kendaraan, padahal pada kenyataannya yang diimpor merupakan pipa baja,” jelasnya. Dengan demikian, pihaknya masih mempertahankan target pertumbuhan sekitar 20% dari tahun sebelumnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .