Masih tingginya permintaan permebelan dan kerajinan Indonesia di pasar Amerika dan Eropa membuat penjualan industri ini mengalami kenaikan. Kenaikan ini akan terus terjadi seiring masih tingginya permintaan didaerah penetrasi baru yakni Rusia, dan Timur Tengah. Ketua Umum Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Ambar Tjahyono mengatakan semester I tahun ini penjualan ekspornya mengalami peningkatan sebesar 9% menjadi US$ 545 juta. Periode yang sama tahun lalu Asmindo berhasil membukukan pendapatan sebesar US$ 500 juta. Sayangnya, Ambar tidak bisa menjawab berapa banyak penjualan domestiknya. "Kita tidak pernah melakukan perhitungan, namun tahun depan kita akan coba mendatanya," tegasnya. Walau pertumbuhannya sangat tipis, namun Ambar sangat yakin target pertumbuhan sebesar 10% menjadi US$ 2,8 miliar dari US$ 2,6 miliar akan tercapai. Target ini akan tercapai asalkan krisis energi setelah penerapan Surat Keputusan Bersama (SKB) lima menteri mampu meminimalisasi pemadaman listrik. Jika tidak, Ambar sangat psimistis target tersebut akan tercapai. "Kalau listrik mati, kita sulit beroperasi, sehingga ekspor akan turun," tegasnya. Menurut Ambar, tahun ini penjualannya akan ditopang oleh negara baru yang ditujunya yakni Rusia dan Timur Tengah. Pasalnya, permintaan Rusia dan Timur Tengah diindikasikan olehnya akan memberikan kontribusi yang cukup besar. "Potensinya banyak karena disana banyak bangunan infrastrujktur baru sehingga mebel dan kerajinan sangat dibutuhkan," tandasnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Semester I Ekspor Mebel Naik 9%
Masih tingginya permintaan permebelan dan kerajinan Indonesia di pasar Amerika dan Eropa membuat penjualan industri ini mengalami kenaikan. Kenaikan ini akan terus terjadi seiring masih tingginya permintaan didaerah penetrasi baru yakni Rusia, dan Timur Tengah. Ketua Umum Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Ambar Tjahyono mengatakan semester I tahun ini penjualan ekspornya mengalami peningkatan sebesar 9% menjadi US$ 545 juta. Periode yang sama tahun lalu Asmindo berhasil membukukan pendapatan sebesar US$ 500 juta. Sayangnya, Ambar tidak bisa menjawab berapa banyak penjualan domestiknya. "Kita tidak pernah melakukan perhitungan, namun tahun depan kita akan coba mendatanya," tegasnya. Walau pertumbuhannya sangat tipis, namun Ambar sangat yakin target pertumbuhan sebesar 10% menjadi US$ 2,8 miliar dari US$ 2,6 miliar akan tercapai. Target ini akan tercapai asalkan krisis energi setelah penerapan Surat Keputusan Bersama (SKB) lima menteri mampu meminimalisasi pemadaman listrik. Jika tidak, Ambar sangat psimistis target tersebut akan tercapai. "Kalau listrik mati, kita sulit beroperasi, sehingga ekspor akan turun," tegasnya. Menurut Ambar, tahun ini penjualannya akan ditopang oleh negara baru yang ditujunya yakni Rusia dan Timur Tengah. Pasalnya, permintaan Rusia dan Timur Tengah diindikasikan olehnya akan memberikan kontribusi yang cukup besar. "Potensinya banyak karena disana banyak bangunan infrastrujktur baru sehingga mebel dan kerajinan sangat dibutuhkan," tandasnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News