JAKARTA. PT Bank Bukopin Tbk mengumumkan realisasi kinerja hingga semester I 2017. Berdasarkan rilis yang diterima KONTAN, Senin (31/7) malam, Bukopin mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar Rp 72,9 triliun (konsolidasi) per Juni 2017. Jumlah tersebut hanya naik tipis sebesar 2,96% secara year on year (yoy) jika dibandingkan tahun sebelumnya Rp 70,8 triliun. Secara individual (bank only), kredit perseroan pun tumbuh tipis 2,39% menjadi Rp 67,53 triliun dibanding periode sebelumnya Rp 65,95 triliun. Direktur Keuangan Bukopin Eko R. Gindo mengatakan pertumbuhan tersebut dikontribusikan oleh peningkatan kinerja pada sektor ritel antara lain mikro, UKM dan konsumer. Jika dirinci, hingga Juni 2017 dari total kredit ritel yang disalurkan perseroan berasal dari segmen mikro sebesar 15,41%. Sementara sektor UKM menyumbang porsi terbesar mencapai 42,31% dan segmen konsumer mencapai 11,06%. "Sisanya 31,22% diserap segmen komersial," ujarnya. Lebih lanjut, hingga semester I 2017 bank milik PT Bosowa Corporindo ini membukukan laba sebelum pajak sebesar Rp 615 miliar (konsolidasi). Jumlah tersebut tercatat turun 14,75% yoy dibanding pencapaian tahun lalu Rp 629 miliar. Sementara itu, jika merujuk pada laporan keuangan kuartal II 2017, laba bersih (bank only) Bukopin juga mengalami penurunan 12,78%. Hingga Juni 2017 laba perseroan tergerus menjadi Rp 483,45 miliar, setelah di periode sebelumnya sebesar Rp 554,32 miliar. Sementara dari sisi aset, bank bersandi emiten BBKP ini mencatat pertumbuhan sebesar 18,56% yoy menjadi Rp 115,2 triliun per posisi Juni 2017. Menurut Eko, salah satu pendorong pertumbuhan aset berasal dari sejumlah program quick win dan program strategis perseroan. Adapun, sampai paruh pertama 2017, perseroan juga berhasil menggenjot pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 23,48% menjadi Rp 96,6 triliun. "Kondisi ini mencerminkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perseroan," tuturnya. Pada periode yang sama, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perseroan meningkat menjadi 16,34%. Penguatan modal ini disumbang dari hasil penerbitan obligasi subordinasi berkelanjutan II Bank Bukopin Tahap II tahun 2017 sebesar Rp 1,4 triliun. Selain peningkatan CAR, likuditas perseroan (loan to deposit ratio/LDR) juga terjaga di level 75,05% atau turun 16,21% secara yoy. Lebih lanjut, laporan keuangan Bukopin Juni 2017 menunjukan adanya penurunan kualitas kredit.
Semester I, laba Bukopin turun 14,75%
JAKARTA. PT Bank Bukopin Tbk mengumumkan realisasi kinerja hingga semester I 2017. Berdasarkan rilis yang diterima KONTAN, Senin (31/7) malam, Bukopin mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar Rp 72,9 triliun (konsolidasi) per Juni 2017. Jumlah tersebut hanya naik tipis sebesar 2,96% secara year on year (yoy) jika dibandingkan tahun sebelumnya Rp 70,8 triliun. Secara individual (bank only), kredit perseroan pun tumbuh tipis 2,39% menjadi Rp 67,53 triliun dibanding periode sebelumnya Rp 65,95 triliun. Direktur Keuangan Bukopin Eko R. Gindo mengatakan pertumbuhan tersebut dikontribusikan oleh peningkatan kinerja pada sektor ritel antara lain mikro, UKM dan konsumer. Jika dirinci, hingga Juni 2017 dari total kredit ritel yang disalurkan perseroan berasal dari segmen mikro sebesar 15,41%. Sementara sektor UKM menyumbang porsi terbesar mencapai 42,31% dan segmen konsumer mencapai 11,06%. "Sisanya 31,22% diserap segmen komersial," ujarnya. Lebih lanjut, hingga semester I 2017 bank milik PT Bosowa Corporindo ini membukukan laba sebelum pajak sebesar Rp 615 miliar (konsolidasi). Jumlah tersebut tercatat turun 14,75% yoy dibanding pencapaian tahun lalu Rp 629 miliar. Sementara itu, jika merujuk pada laporan keuangan kuartal II 2017, laba bersih (bank only) Bukopin juga mengalami penurunan 12,78%. Hingga Juni 2017 laba perseroan tergerus menjadi Rp 483,45 miliar, setelah di periode sebelumnya sebesar Rp 554,32 miliar. Sementara dari sisi aset, bank bersandi emiten BBKP ini mencatat pertumbuhan sebesar 18,56% yoy menjadi Rp 115,2 triliun per posisi Juni 2017. Menurut Eko, salah satu pendorong pertumbuhan aset berasal dari sejumlah program quick win dan program strategis perseroan. Adapun, sampai paruh pertama 2017, perseroan juga berhasil menggenjot pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 23,48% menjadi Rp 96,6 triliun. "Kondisi ini mencerminkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perseroan," tuturnya. Pada periode yang sama, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perseroan meningkat menjadi 16,34%. Penguatan modal ini disumbang dari hasil penerbitan obligasi subordinasi berkelanjutan II Bank Bukopin Tahap II tahun 2017 sebesar Rp 1,4 triliun. Selain peningkatan CAR, likuditas perseroan (loan to deposit ratio/LDR) juga terjaga di level 75,05% atau turun 16,21% secara yoy. Lebih lanjut, laporan keuangan Bukopin Juni 2017 menunjukan adanya penurunan kualitas kredit.