JAKARTA. Nilai impor gandum sepanjang semester pertama tahun ini naik 24,4% menjadi US$ 649,3 juta dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Analisa Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Kementerian Perdagangan (Kemdag) menyatakan, kondisi impor gandum tersebut mesti diwaspadai karena harga gandum terus membukukan peningkatan. Jika konsumsi terigu yang berbahan gandum tidak bisa ditekan, maka diprediksi nilai impor gandum pada semester II akan lebih tinggi lagi.Namun, peningkatan impor gandum tersebut bukan tanpa kompensasi. “Naiknya harga gandum menyebabkan permintaan terhadap kedelai tinggi,” jelas laporan yang ditulis oleh tim peneliti dari Litbang Kemdag yang dirilis hari Selasa (31/8). Sepanjang enam bulan pertama tahun 2010 ini, nilai impor kedelai menembus US$ 381,9 juta atau naik 54,9% dari periode yang sama tahun 2009. Harga gandum di pasar global meningkat karena rendahnya panenan gandum di sejumlah negara penghasil gandum di Eropa, terutama Rusia. Cuaca yang kering berkepanjangan membikin produksi gandum Rusia menyusut dan memaksa pemerintah Rusia untuk menahan ekspor gandumnya sejak pertengahan bulan ini hingga akhir tahun 2010 mendatang. Catatan Litbang itu juga menyebutkan, harga gandum di pasar internasional sudah mulai membengkak sebesar 10%, dan harga kedelai juga naik 5%. Terang saja, kenaikan harga gandum maupun kedelai ini akan mengerek ongkos produksi industri dalam negeri. Untuk komoditi kedelai, industri yang akan mengalami kenaikan biaya adalah industri pakan ternak; sedangkan untuk komoditi gandum, industri yang akan terimbas kenaikan ongkos produksi adalah industri tepung terigu serta makanan olahan yang berbahan baku terigu. “Kenaikan biaya produksi ini akan menyebabkan produk hasil industri dalam negeri menjadi kurang berdaya saing,” jelas laporan yang ditulis oleh tim peneliti Litbang, Yati Nuryati, Deasi Natalia dan Nurozy.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Semester I, nilai impor gandum naik 24%
JAKARTA. Nilai impor gandum sepanjang semester pertama tahun ini naik 24,4% menjadi US$ 649,3 juta dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Analisa Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Kementerian Perdagangan (Kemdag) menyatakan, kondisi impor gandum tersebut mesti diwaspadai karena harga gandum terus membukukan peningkatan. Jika konsumsi terigu yang berbahan gandum tidak bisa ditekan, maka diprediksi nilai impor gandum pada semester II akan lebih tinggi lagi.Namun, peningkatan impor gandum tersebut bukan tanpa kompensasi. “Naiknya harga gandum menyebabkan permintaan terhadap kedelai tinggi,” jelas laporan yang ditulis oleh tim peneliti dari Litbang Kemdag yang dirilis hari Selasa (31/8). Sepanjang enam bulan pertama tahun 2010 ini, nilai impor kedelai menembus US$ 381,9 juta atau naik 54,9% dari periode yang sama tahun 2009. Harga gandum di pasar global meningkat karena rendahnya panenan gandum di sejumlah negara penghasil gandum di Eropa, terutama Rusia. Cuaca yang kering berkepanjangan membikin produksi gandum Rusia menyusut dan memaksa pemerintah Rusia untuk menahan ekspor gandumnya sejak pertengahan bulan ini hingga akhir tahun 2010 mendatang. Catatan Litbang itu juga menyebutkan, harga gandum di pasar internasional sudah mulai membengkak sebesar 10%, dan harga kedelai juga naik 5%. Terang saja, kenaikan harga gandum maupun kedelai ini akan mengerek ongkos produksi industri dalam negeri. Untuk komoditi kedelai, industri yang akan mengalami kenaikan biaya adalah industri pakan ternak; sedangkan untuk komoditi gandum, industri yang akan terimbas kenaikan ongkos produksi adalah industri tepung terigu serta makanan olahan yang berbahan baku terigu. “Kenaikan biaya produksi ini akan menyebabkan produk hasil industri dalam negeri menjadi kurang berdaya saing,” jelas laporan yang ditulis oleh tim peneliti Litbang, Yati Nuryati, Deasi Natalia dan Nurozy.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News