Semester I, Premi Bumida Capai Rp 225 Miliar



JAKARTA. PT Asuransi Bumiputera Muda 1967 (Bumida) pada semester I 2010 mencetak premi sebanyak Rp 225 miliar.Wakil Direktur Utama Bumida Julian Noor mengatakan, angka ini naik 9% dari semester I tahun lalu.

"Dengan pencapaian tersebut kami optimistis bisa mengumpulkan premi sesuai target, sebesar Rp 450 miliar," kata Julian, Jumat (16/7). Perolehan premi Bumida masih didominasi dari premi asuransi kesehatan yang mencapai 25% dari total premi. Asuransi kesehatan Bumida banyak terserap ke segmen korporasi dan beberapa pemerintah daerah (pemda). Seperti Kalimantan Timur.

"Beberapa pemda yang kaya, saat ini tengah mencari bentuk bagaimana bisa mengasuransikan kesehatan masyarakatnya. Saya melihat belum ada asuransi kesehatan yang ideal. Ini jelas menjadi peluang," jelas Julian.


Makanya, Bumida berusaha memperluas pangsa pasar asuransi kesehatan ke pemerintah kota (pemkot) dan pemerintah kabupaten (pemkab). "Saat ini 70% dari pemkot dan pemkab tengah mencari asuransi kesehatan bagi anggota DPRD. Ini tentu menarik untuk diperebutkan. Kalau tidak ada salah, ada 10 perusahaan asuransi yang ikut memperebutkan kue tersebut, termasuk Bumida," paparnya.

Meski persaingan cukup ketat, dengan jumlah kantor cabang yang menjangkau seluruh Indonesia, Bumida mengaku tidak gentar. Apalagi pemda-pemda seringkali mensyaratkan perusahaan yang ikut tender asuransi kesehatan harus memiliki kantor cabang di wilayah mereka. Agar klaim bagi nasabah bisa lebih mudah.

Salah satu alasan Bumida menggenjot bisnis asuransi kesehatan di kalangan pemangku daerah karena di semester I lalu, bisnis asuransi kendaraan bermotor dan program surety bond yang selama ini menjadi penopang premi perusahaan tidak mengalami pertumbuhan. "Premi asuransi kendaraan bermotor Bumida pada semester I 2010 melorot 3%," jelas Julian. Penurunan disebabkan tingginya persaingan. Banyak perusahaan berlomba memberikan bunga lebih rendah.

Sedang bisnis surety bond di semester I juga belum naik signfikan dari tahun lalu. "Seharusnya bisa lebih cerah karena dana pembangunan tahun ini lebih besar. Tapi kenyataannya bisnis ini belum tumbuh signifikan," jelasnya. Julian menduga, kemungkinan karena penyerapan proyek di daerah belum maksimal. Toh, dia berharap, di semester II akan ada kenaikan dari semester I.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa