Semester I/2023, Laba Sampoerna Agro (SGRO) Anjlok 63%



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Penjualan PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) pada Semester I-2023 turun sebesar 2,93% menjadi Rp 2,547 Triliun. Sebelumnya pada periode sama 2022, penjualan SGRO mencapai Rp 2,624 Triliun.

Tak hanya penjualan, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan SGRO di Semester I-2023 merosot 62,69% menjadi Rp 201,752 miliar dari sebelumnya Semester I-2022 adalah sebesar Rp 540,754 miliar.

Head of Investor Relation Sampoerna Agro Stefanus Darmagiri mengatakan penurunan ini disebabkan adanya fluktuasi pada harga Crude Palm Oil (CPO) dunia, dimana terjadi normalisasi terhadap harga CPO pada semester kedua 2022 berdampak terhadap harga rata-rata (ASP) minyak kelapa sawit Perseroan, yang mengalami penurunan pada Semester I-2023. 


Baca Juga: Tak Mau Bersaing, Ini Alasan Bursa CPO Indonesia Pilih Berkolaborasi dengan MDEX

Ia menambahkan, kenaikan laba di kuartal IV mendatang akan dipengaruhi oleh harga jual CPO, dimana sangat bergantung kepada mekanisme pasar dan fluktuatif harga. 

Namun ia optimistis, harga CPO akan kembali lagi. Contohnya dengan kondisi naiknya ketegangan di Black-Sea belakangan ini, adanya kekeringan di Amerika Utara yang menyebabkan harga minyak kedelai diperdagangkan jauh lebih mahal dari CPO.

 
SGRO Chart by TradingView

“Lalu adanya festival-2 seperti Deepavali di India dan Mid-Autumn Festival di Tiongkok pada Semester ke-2 2023 diharapkan dapat membuat harga CPO tetap solid,” ungkap dia saat dihubungi Kontan, Jumat (30/07).

Baca Juga: Sampoerna Agro (SGRO) Bukukan Penjualan Rp 2,54 Triliun di Semester I/2023

Adapun strategi usaha yang dilakukan SGRO agar penurunan pendapatan dan laba ini tidak terulang adalah dengan tetap fokus kepada program intensifikasi guna meningkatkan produktivitas, seperti mekanisasi, water management system dan perbaikan infrastruktur serta menekankan pada proses digitalisasi. 

“Di samping itu kami juga tetap fokus guna memperkuat neraca keuangan perseroan. Pada tahun 2023, kami menargetkan pertumbuhan produksi Tandan Buah Segar (TBS) sebesar 5%–10% yoy dibandingkan dengan pencapaian tahun sebelumnya,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli