Semester II, IHSG berpotensi turun dalam



JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali memasuki fase bearish. Tiga hari di Juli, IHSG kembali jeblok. Rabu (3/7) IHSG melemah 3,2% ke 4.577,15. .

Secara statistik, Analis Batavia Prosperindo Sekuritas, Parningotan Julio, melihat, peluang penguatan jangka pendek dan menengah tipis. Berdasarkan riset dia, dalam kurun 1998-2012, IHSG di Juli lebih sering naik. Jumlahnya 11 bullish dan empat bearish. Sementara Juni, IHSG 12 kali menguat dan tiga kali turun.

Julio mengkhawatirkan, kondisi ini mengulang pada 2002. Saat itu, IHSG dari awal tahun reli cepat sementara di semester II justru bearish. Bahkan di akhir tahun, IHSG ditutup melemah.


Sebab umumnya, di bulan Agustus IHSG cenderung bergerak menurun. Pada periode 15 tahun belakangan, IHSG di bulan Agustus 11 kali bearish dan empat kali bullish. Yaitu pada 2003, 2006, 2009 dan 2010. Pada 2009 dan 2010 menurut Parningotan hanya sideways atau naik tipis masing-masing 0,4% dan 0,8%. Sementara pada 2003 dan 2006 masing-masing naik 4,3% dan 5,8%. Parningotan bilang, di 2003 dan 2006 IHSG memang sedang dalam periode kejayaan.

Namun, Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia dan Andre Setiawan, analis Minna Padi Investama menilai, posisi IHSG kali ini masih dalam posisi wajar. Sebab menurut Satrio IHSG belum menembus support 4.500. "Target IHSG kemarin di 4.510 selama belum lewat jadi masih aman-aman saja," ujar Andre. Namun jika support tersebut tertembus, maka IHSG bisa melemah ke 4.370.

Parningotan justru melihat saat ini sudah masuk fase bearish. Pasalnya, tekanan jual cukup besar. Support jangka menengah yang perlu diwaspadai di 4.250. Jika menembus support, maka sulit kembali ke 5.000. Meski tidak bisa memprediksi IHSG rebound. Namun, dia bilang secara historikal, 100% raport hijau IHSG pada Desember. Sementara, pada September, November dan Oktober persentase naik dan turun nyaris sama.

Kalau Satrio justru lebih yakin, IHSG bisa kembali ke 5.000 sebelum akhir 2013. Sebab, pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif lebih baik dari negara lain. Dia bahkan yakin, IHSG bisa kembali ke 4.800 dan sampai akhir tahun ke atas 5.000. Namun jika skenario itu tak terwujud, Satrio belum punya level support IHSG selanjutnya.

Satrio sangat yakin, kinerja emiten masih akan membaik bisa menjadi katalis positif. Naiknya suku bunga, menurut dia tak mempengaruhi floating rate bank. Sehingga kinerja emiten tetap hijau. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana