Semester II, prospek reksadana pasar uang masih oke



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana pasar uang dinilai masih memiliki prospek yang positif pada semester kedua di tengah kondisi pasar finansial yang tak kunjung stabil.

Sekadar catatan, reksadana pasar uang merupakan pemenang di semester pertama. Data Infovesta mencatat, kinerja rata-rata reksadana pasar uang dalam Infovesta Money Market Fund Index tumbuh 1,90% secara year to date hingga Juni lalu. Di saat yang sama, kinerja rata-rata reksadana lainnya masih minus.

Head of Research & Consulting Service Infovesta Utama, Edbert Suryajaya yakin kinerja reksadana pasar uang akan terus stabil di semester kedua. “Bahkan, dalam kondisi pasar modal sedang normal kinerja reksadana ini masih bisa positif,” katanya, Jumat (20/7).


Menurutnya, salah satu faktor yang membuat reksadana pasar uang unggul adalah kebijakan investasinya yang begitu spesifik, yakni hanya fokus pada instrumen pasar uang seperti deposito dan obligasi dengan tenor di bawah 1 tahun. Kedua instrumen tersebut dinilai aman dari risiko di pasar finansial.

Obligasi di bawah 1 tahun misalnya. Karena sudah mendekati waktu jatuh tempo, tren pelemahan rupiah tidak membuat harga obligasi tersebut koreksi secara mendalam.

Selain itu, reksadana pasar uang juga diuntungkan oleh kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia yang terjadi pada bulan Mei dan Juni lalu. Pasalnya, kenaikan tersebut akan membuat suku bunga deposito yang menjadi aset dasar reksadana pasar uang mengalami peningkatan. “Tapi efek kenaikan suku bunga acuan kemungkinan tidak instan, karena bank tidak langsung menaikan bunga depositonya,” ungkap Edbert.

Direktur Bahana TCW Investment, Soni Wibowo sepakat bahwa kenaikan suku bunga acuan memberi dampak positif bagi kinerja reksadana pasar uang di masa mendatang. Menurutnya, kenaikan suku bunga acuan mengakibatkan suku bunga deposito bergerak naik sebanyak 50 bps—75 bps tergantung kebijakan masing-masing perbankan.

Ia juga menyebut, ada kemungkinan BI kembali menaikan suku bunga acuan sebesar 25 bps—50 bps di semester kedua. “Jadi kinerja reksadana pasar uang akan positif dengan kondisi pasar ke depan,” imbuhnya.

Head of Investment Avrist Asset Management, Farash Farich menambahkan, selain kinerjanya berpotensi meningkat, permintaan terhadap reksadana pasar uang juga berpeluang meningkat di semester kedua. Alhasil, dana kelolaan reksadana tersebut juga akan tumbuh. “Permintaan akan meningkat dari investor individu dan institusi non-bank,” katanya.

Melihat potensi yang dimiliki oleh reksadana pasar uang di semester kedua, Edbert memproyeksikan imbal hasil bersih setelah pajak rata-rata reksadana tersebut bisa menyentuh 5% di akhir tahun nanti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia