Semester II, sistem logistik ikan mulai berjalan



JAKARTA. Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN) koridor pertama diproyeksikan mulai dapat dioperasikan pada semester II tahun ini. Dengan beroperasinya SLIN ini diharapkan pasokan ikan makarel untuk keperluan konsumsi dalam negeri dan bahan baku industri pemindangan akan cukup tersedia dengan harga yang relatif stabil. Saut P Hutagalung, Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengatakan, persoalan suplai bahan baku karena tingginya biaya logistik dan transportasi dapat diminimalisir.  "Dengan pengembangan SLIN ini diharapkan akan memperlancar distribusi ikan sehingga ketersediaan ikan di pasar dapat lebih terjamin dan menjaga stabilisasi harga baik di tingkat nelayan maupun di pasar dalam negeri," kata Saut, Kamis (24/4). Pembangunan fisik SLIN ini dimulai pada tahun 2013 lalu. Koridor yang akan dioperasikan pada tahap pertama SLIN ini adalah Sulawesi-Jawa. Total anggaran untuk pembangunan SLIN ini mencapai Rp 135 miliar. Pembangunan SLIN fokus pada komoditas ikan makarel untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri dan bahan baku industri pemindangan. Sekadar gambaran saja, sentra produksi ikan makarel ada di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara. Sedangkan sentra pasar atau industri berada di Pulau Jawa terutama Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta. Dalam SLIN tersebut telah dibangun gudang berpendingin atau cold storage berkapasitas 300 ton di Pelabuhan Perikanan Samudra (PPS) Kendari sebagai sentra produksi atau hub hulu. Sementara itu, di daerah industri dibangun juga cold storage kapasitas 400 ton di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong, Lamongan Jatim dan 1.500 ton di PPS Nizam Zachman Jakarta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Hendra Gunawan