JAKARTA. Semester pertama ini sepertinya bukan musim mekarnya emiten kelapa sawit. PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) mengalami penurunan kinerja. Sepanjang semester pertama, laba AALI rontok 67,53% dari Rp 1,369 triliun ke posisi Rp 444,43 miliar. Penjualan yang AALI bukukan turun 9,75% dari Rp 8 triliun menjadi Rp 7,22 triliun. Di situ, minyak sawit mentah dan turunannya menyumbang penjualan Rp 6,39 triliun, inti sawit dan turunnya yaitu Rp 836, serta pendapatan lainnya Rp 1,59 miliar. Pihak berelasi masih menjadi pembeli terbesar produk AALI. Kemudian PT Intibenua Perkasatama dan PT Wilmar Nabati Indonesia merupakan pihak ketiga yang membeli dengan porsi terbanyak. Adapun, beban AALI terkerek tipis Rp 5,51 triliun ke posisi Rp 5,58 triliun. Beban ini meningkat karena biaya panen dan pemeliharaan, penyusutan, perawatan infrastruktur dan peralatan kerja, gaji dan kesejahteraan karyawan, dan lain-lain. Padahal beban produksi penggunaan bahan baku dan biaya pengolahan, serta perbaikan dan perawatan pabrik mengalami penurunan. Aset anak usaha PT Astra International Tbk (ASII) ini mencatatkan total aset sebesar Rp 20,7 triliun. Aset lancarnya yakni Rp 2,8 triliun dengan aset tak lancar Rp 17,89 triliun. Ekuitas AALI menipis 2,7% ke posisi Rp 11,51 triliun. Sementara liabilitasnya melonjak 36,75% menjadi Rp 9,19 triliun. "Kenaikan liabilitas ini karena pinjaman bank Rp 2,19 triliun dan akun akrual Rp 375 miliar. Penerimaan pinjaman untuk pendanaan operasional dan investasi, pemakaian pupuk, serta akrual gaji atau tunjangan," sebut Direktur Keuangan AALI, Rudy, dalam laporan yang dirilis perseroan, Rabu, (29/7). Dengan penurunan kinerja yang dialami, saham AALI pun turut tertekan. Laba per sahamnya merosot dari Rp 869,36 menjadi Rp 282,22. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Semester satu, laba AALI rontok 67%
JAKARTA. Semester pertama ini sepertinya bukan musim mekarnya emiten kelapa sawit. PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) mengalami penurunan kinerja. Sepanjang semester pertama, laba AALI rontok 67,53% dari Rp 1,369 triliun ke posisi Rp 444,43 miliar. Penjualan yang AALI bukukan turun 9,75% dari Rp 8 triliun menjadi Rp 7,22 triliun. Di situ, minyak sawit mentah dan turunannya menyumbang penjualan Rp 6,39 triliun, inti sawit dan turunnya yaitu Rp 836, serta pendapatan lainnya Rp 1,59 miliar. Pihak berelasi masih menjadi pembeli terbesar produk AALI. Kemudian PT Intibenua Perkasatama dan PT Wilmar Nabati Indonesia merupakan pihak ketiga yang membeli dengan porsi terbanyak. Adapun, beban AALI terkerek tipis Rp 5,51 triliun ke posisi Rp 5,58 triliun. Beban ini meningkat karena biaya panen dan pemeliharaan, penyusutan, perawatan infrastruktur dan peralatan kerja, gaji dan kesejahteraan karyawan, dan lain-lain. Padahal beban produksi penggunaan bahan baku dan biaya pengolahan, serta perbaikan dan perawatan pabrik mengalami penurunan. Aset anak usaha PT Astra International Tbk (ASII) ini mencatatkan total aset sebesar Rp 20,7 triliun. Aset lancarnya yakni Rp 2,8 triliun dengan aset tak lancar Rp 17,89 triliun. Ekuitas AALI menipis 2,7% ke posisi Rp 11,51 triliun. Sementara liabilitasnya melonjak 36,75% menjadi Rp 9,19 triliun. "Kenaikan liabilitas ini karena pinjaman bank Rp 2,19 triliun dan akun akrual Rp 375 miliar. Penerimaan pinjaman untuk pendanaan operasional dan investasi, pemakaian pupuk, serta akrual gaji atau tunjangan," sebut Direktur Keuangan AALI, Rudy, dalam laporan yang dirilis perseroan, Rabu, (29/7). Dengan penurunan kinerja yang dialami, saham AALI pun turut tertekan. Laba per sahamnya merosot dari Rp 869,36 menjadi Rp 282,22. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News