Sempat Jeblok Hingga ARB, Harga Saham Pertamina Geothermal (PGEO) Ditutup Stagnan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) bergerak bak roller coaster di hari perdana perdagangannya. Pada awal perdagangan, saham anak usaha PT Pertamina (Persero) ini sempat naik 5,71%  ke level Rp 925. Namun, saham PGEO kemudian melemah hingga 6,8% atau mentok di auto rejection bawah (ARB) ke level 815 per saham.

Ajaibnya, saham PGEO kemudian rebound di detik-detik akhir perdagangan ke level Rp 875, alias kembali ke level harga initial public offering (IPO).

Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) I Pahala Nugraha Mansury enggan berkomentar banyak mengenai pergerakan saham PGEO. Tapi dia menegaskan, secara fundamental PGEO memiliki kinerja yang kuat. Ini tercermin dari EBITDA, margin, dan neraca keuangan PGEO yang cukup solid.


“Jangan melihat dari jangka pendek, tetapi lihat juga fundamental secara keseluruhan,” kata Pahala, Jumat (24/2).

Baca Juga: IPO Pertamina Geothermal (PGEO) Oversubscribed 3,81 Kali

Pahala mengatakan, sampai dengan kuartal ketiga 2022, emiten pelat merah ini membukukan laba bersih sebesar US$ 111,43 juta, dengan total pendapatan sebesar US$ 287 juta. Adapun EBITDA yang dikantongi oleh PGEO pada periode tersebut mencapai US$ 244 juta.

Menurut Pahala, IPO merupakan jalan untuk meningkatkan kinerja PGEO yang selama ini memang sudah cukup baik. Kata dia, sejauh ini total pendapatan PGEO konsisten meningkat 5% hingga 10%.

“Saat ini, dengan beberapa pengembangan yang dilakukan, akan memungkinkan pertumbuhan pendapatan, EBITDA, dan laba,” sambung Pahala.

Baca Juga: Resmi Melantai di BEI, Saham Pertamina Geothermal (PGEO) Terkoreksi

Direktur Avere Investama, Teguh Hidayat menilai, kurang primanya saham PGEO di debut perdananya disebabkan oleh prospek bisnis PGEO yang memang kurang menarik. PGEO merupakan perusahaan yang berkecimpung di bisnis energi panas bumi. Sementara itu, biaya pengembangan panas bumi masih cenderung mahal dibandingkan dengan energi batubara.

“Dari sisi bisnis memang kurang menarik.  Geothermal adalah energi baru terbarukan, dan pengembangannya masih akan lama,” kata dia.

Di sisi lain, perusahaan BUMN yang melakukan IPO biasanya memiliki valuasi yang mahal. Oleh sebab itu, pasar akan melakukan penyesuaian sehingga membuat harga saham BUMN yang baru IPO akan melemah. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati