Sempat kemarau, tungku Inalum beroperasi 88%



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produksi perusahaan peleburan alumunium, PT Indonesia Asahan Alumunium Persero (Inalum), sangat bergantung pada kondisi air Danau Toba, Sumatera Utara. Apalagi, saat semester I lalu, air Danau Toba surut karena kemarau.

"Turunnya air ini juga berpengaruh pada produksi sampai Agustus," kata Ricky Gunawan, Sekretaris Inalum kepada Kontan.co.id, Selasa (3/10). Tanpa membeberkan hasil produksinya, perusahaan pelat merah ini mengalami penurunan produksi sampai Agustus tahun ini dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

"Agustus ini memang lebih rendah dibandingkan tahun lalu, karena kami menutup beberapa tungku," terang Ricky. Dari 510 pabrik tungku milik Inalum, kata Ricky sekitar 83-88% yang beroperasi. Artinya, ada kisaran 12% yang dinonaktifkan.


Meski produksi menurun, Ricky mengaku bahwa perolehan keuntungan naik signifikan. "Laba kami tetap naik, sebab harga komoditas alumunium tengah naik juga," tukasnya.

Memasuki musim hujan seperti ini, Inalum belum bisa memastikan apakah akan mengaktifkan kembali tungku yang dimatikan tadi. Sebab, kata Ricky, biaya operasional untuk menghidupkan kembali cukup mahal.

Selama fase surutnya air Danau Toba, Inalum telah melakukan bermacam cara untuk meningkatkan tinggi air. "Kami juga lakukan mekanisme hujan buatan, terkadang hasilnya tidak sesuai dengan yang diinginkan karena awan hujan acapkali terbawa angin dan turun di tempat lain," sebut Ricky.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia