KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) tergelincir dari posisi tertinggi sepanjang masa pada Jumat (20/9). Itu terjadi setelah IHSG ditutup melemah 2,05% atau turun 162,38 poin ke level 7.843. Pada pada Kamis (19/9), IHSG berhasil menembus level 7.900. Adapun IHSG menutup perdagangan di level 7.905,30 atau naik 0,97% dari penutupan sebelumnya. Senior Maket Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menilai koreksi IHSG di akhir pekan lalu disebabkan adanya aksi beli untung alias
profit taking oleh investor dan memang biasanya perdagangan di Jumat akan cenderung sepi.
"Penurunan suku bunga oleh The Fed secara agresif juga menjadi sentimen pemicu adanya aksi jual di pasar saham," katanya kepada Kontan akhir pekan lalu. Seperti diketahui, The Fed sepakat untuk memangkas suku bunga acuan sebesar 50 basis points (bps) menjadi 4,75%–5% pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pekan lalu.
Baca Juga: IHSG Sempat Tembus Level 7.900, Intip Proyeksinya hingga Akhir 2024 Menurut Nafan, pemangkasan suku bunga yang agresif bisa memicu kenaikan angka inflasi. Potensi ini yang akan menjadi pertimbangan pelaku pasar sehingga mengurangi
risk appetite di instrumen yang berisiko tinggi. Namun hingga akhir tahun ini, Nafan optimistis IHSG bisa kembali merangkak naik ke level 7.915. Penguatan IHSG akan di akhir tahun akan ditopang oleh adanya potensi
window dressing. "Rata-rata dalam delapan tahun terakhir menunjukkan kinerja IHSG pada Oktober, November dan Desember mencetak kinerja yang positif," ucapnya.
Pengamat Pasar Modal dan Founder WH Project, William Hartanto memproyeksikan pada skenario terburuk, IHSG akan bergerak ke level 7.800 pada akhir tahun ini. Sementara pada skenario bullish, IHSG berpotensi melesat ke level 8.000. William menilai masih ada beberapa sentimen positif yang bisa mendorong pergerakan IHSG di sisa 2024. Misalnya, adanya potensi window dressing pada Oktober dan akhir tahun. "Lalu ada sentimen pemangkasan suku bunga dan siklus tahunan penguatan komoditas," kata dia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari