Sempat Terkoreksi, Harga Minyak Dunia Kembali Menembus US$ 100 Per Barel



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak dunia semakin mendidih sejak konflik Rusia dengan Ukraina memanas. Bahkan, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) konsisten berada di atas level US$ 100 per barel.

Pada awal pekan ini, harga minyak WTI sempat terjun ke level US$ 92,20 per barel pada Selasa (15/3). Namun, harga minyak kembali meroket dan pada akhir penutupan perdagangan Jumat (18/3) berada di level US$ 103,09 per barel. Artinya pada rentang waktu tersebut, harga minyak naik hingga 11,81%.

Analis Monex Investindo Futures Andian Wijaya menjelaskan, koreksi yang terjadi tersebut disebabkan oleh para pelaku pasar yang melakukan aksi ambil untung setelah harga sempat mencapai level US$ 130 per barel. 


Sementara dari sisi fundamentalnya, ia menyebut adanya harapan pembahasan gencatan senjata antara Rusia-Ukraina, diikuti pernyataan presiden Ukraina bahwa pembahasan nampak memberikan hasil yang nyata, menjadi penyebab turunnya harga minyak.

Baca Juga: Harga Minyak Melonjak 8% di Tengah Peringatan Kekurangan Pasokan dari Rusia

“Laporan cadangan minyak mentah Amerika Serikat (AS) yang meningkat selama pekan lalu yang dilaporkan di hari Rabu kemarin juga membantu turunnya harga minyak dunia,” kata Andian kepada Kontan.co.id, Jumat (18/3).

Kendati begitu, Andian meyakini, secara tren, pergerakan harga minyak masih akan berada dalam tren kenaikan. Terlebih selama perang Rusia-Ukraina masih terus berlanjut, serta sanksi dan embargo ekonomi untuk produk Rusia dari AS dan Eropa tetap berjalan. 

Maklum, sebagai produsen minyak mentah kedua terbesar di dunia, minyak mentah dari Rusia telah menjadi konsumsi dari negara-negara besar dunia. Ia menjelaskan, dampak dari embargo tersebut akan memicu kekhawatiran berkurangnya cadangan minyak mentah. 

Di satu sisi, permintaan yang tinggi tersebut tidak sejalan dengan produksi yang bisa dilakukan pengilangan minyak di AS.

Saat ini, Andian menyebut kondisi perang dan embargo masih menjadi fokus utama pasar untuk harga minyak. Akan tetapi, bila sanksi nuklir terhadap Iran dapat berakhir dalam waktu dekat, menurutnya bisa menjadi katalis positif untuk meredam kenaikan harga minyak.  Pasalnya, ketika minyak mentah dari Iran masuk ke pasar dunia, maka dapat membantu dari sisi pasokan minyak dunia global.

“Jika nanti perang dan embargo minyak mentah Rusia sudah berakhir, lalu diiringi dengan peningkatan produksi dari lembaga OPEC+, serta aliran minyak mentah dari Iran, bukan tidak mungkin harga minyak dapat berbalik turun di kisaran US$ 80 per barel,” tutup Andian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi