KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah cenderung stagnan dalam sepekan. Pada Jumat (16/4), kurs rupiah spot ditutup pada Rp 14.565 per dolar AS. Kurs rupiah menguat 0,34% jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin. Tapi rupiah cenderung stagnan dalam sepekan dari posisi akhir pekan lalu. Kurs rupiah Jisdor berada di Rp 14.592 per dolar Amerika Serikat (AS). Kurs Jisdor menguat 0,37% jika dibandingkan dengan posisi kemarin pada Rp 14.646 per dolar AS. Dalam sepekan, kurs rupiah Jisdor masih melemah 0,08% dari Rp 14.580 per dolar AS di akhir pekan lalu. Presiden Komisioner HFX Internasional Sutopo Widodo menilai sentimen positif yang membawa penguatan rupiah kemarin adalah dari penguatan Wall Street, yang mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa. “Harapan pada prospek pemulihan mengendalikan harga pasar global,” kata Sutopo.
Selain itu, penguatan kurs rupiah merupakan imbas penurunan imbal hasil obligasi AS dan berada di level terendah dalam satu bulan. Hal ini menurutnya dapat memicu terjadinya capital inflow bagi Indonesia yang dapat menjadi tenaga bagi rupiah. Baca Juga: Yield US Treasury Terkoreksi, Tekanan Terhadap Rupiah Sedikit Mereda Head of Economics Research Pefindo Fikri C Permana mengatakan, rupiah saat ini masih konsolidasi dengan masih melihat arah dolar AS. Pergerakan dolar AS juga digerakkan oleh yield US Treasury. Fikri menyebut, rupiah mungkin masih tertahan 1,6%-1,5% di awal pekan. Tapi seiring dengan pembelian besar-besaran dari The Fed, investor sudah bisa melihat negara-negara yang bisa memberikan yield tinggi, salah satunya Indonesia. "Makanya rupiah terdorong baik, karena adanya dorongan investor asing, khususnya untuk masuk ke pasar SUN,” kata Fikri pada Kontan.co.id, Jumat (16/4).