JAKARTA. Sejumlah topik hangat berikut penting disimak sebelum Anda melakukan transaksi:- Menimbang prospek seri SUN acuan Fluktuasi di pasar obligasi diperkirakan masih berlanjut di tahun depan. Tren suku bunga acuan alias BI rate yang tinggi serta rencana pemangkasan stimulus moneter di Amerika Serikat (AS) bakal jadi beberapa sentimen yang akan menekan pasar obligasi domestik. Analis merekomendasikan sejumlah seri SUN jika berniat berinvestasi di surat utang.Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), Fakhrul Aufa mengatakan, empat seri SUN seperti seri FR0068, FR0069, FR0070, dan FR0071 akan menjadi SUN acuan di tahun depan. Untuk itu, investor jangka panjang lebih baik mengakumulasi seri-seri tersebut. Sebab, seri itu menjadi instrumen yang paling likuid dibandingkan seri lainnya. Seri-seri acuan tersebut juga berpotensi mengalami rebound lebih cepat jika pasar obligasi tertekan di 2014.- Investor masih akan minta imbal hasil tinggiDirektorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) berencana menggelar lelang surat utang negara (SUN) pasa Selasa,19 November 2013. Target indikatif lelang ini sebesar Rp 8 triliun.DJPU akan melelang lima seri surat utang, terdiri dari satu surat perbendaharaan negara yang jatuh tempo 7 November 2014 dan empat seri SUN. Keempat seri SUN ini masing-masing seri FR0069 jatuh tempo tahun 2019, FR0070 jatuh tempo tahun 2024, FR0071 jatuh tempo tahun 2029 dan FR0067 jatuh tempo Februari 2044.Fakhrul Aufa, analis Indonesia Bond Pricing Agency mengatakan, sentimen kenaikan BI rate masih akan mempengaruhi permintaan imbal hasil saat lelang, Selasa mendatang. Menurut dia, investor akan meminta yield lebih tinggi dibanding lelang dua pekan sebelumnya. Dari faktor global, membaiknya data-data ekonomi AS akan memunculkan kekhawatiran dipercepatnya pengurangan stimulus.Fakhrul memprediksi, peminat lelang kali ini diperkirakan masih ramai. Adapun potensi permintaan pada lelang mendatang diproyeksi mencapai dua kali target indikatif atau sekitar Rp 16 triliun. Dengan catatan, tidak ada sentimen signifikan yang membuat pasar kurang kondusif. "Meski yield masih akan tinggi, pemerintah tidak akan memaksakan diri memenangkan lelang. Sebab, defisit anggaran ternyata lebih rendah dari target," ujar Fakhrul.- Posisi rupiahRupiah babak belur. Di pasar spot, Jumat (15/11), mata uang Garuda bertengger di level 11.623 atau terperosok 0,67% dibanding sehari sebelumnya. Rupiah di kurs tengah Bank Indonesia (BI) juga turun 0,12% ke level 11.561.Mika Martumpal, Kepala Divisi Riset dan Treasury Bank CIMB Niaga mengatakan, di akhir pekan lalu, kurs rupiah tertekan penguatan dollar AS akibat data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) yang positif. Sebetulnya, nilai tukar rupiah masih mendapatkan sentimen positif dari euforia pasar atas kenaikan tingkat suku bungan acuan BI rate. "Tapi itu hanya mampu membendung pelemahan saja," katanya.Mika memperkirakan, rupiah berpotensi menguat, hari ini. Hal tersebut dipicu oleh mulai bereaksinya pasar terhadap kenaikan suku bunga BI yang dilakukan pekan lalu. Selain itu, seiring ekspektasi ekonomi makro Indonesia yang bakal membaik, pelemahan rupiah bisa sedikit tertahan.- Posisi IHSGIndeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di akhir pekan lalu menurun. IHSG melemah 0,73% ke 4.335,45, Jumat (15/11). Pada saat yang sama bursa regional yang tercermin dari indeks MSCI Asia Pasifik menguat 1,35% ke 141,57.Analis menilai, investor lebih fokus pada berbagai sentimen yang ada di dalam negeri. Analis First Asia Capital, David N Sutyanto menyatakan, pergerakan bursa regional di akhir pekan sebetulnya positif. Anomali hanya terjadi pada bursa Indonesia, yang mengalami penurunan. Ini karena, adanya sentimen negatif berupa kenaikan BI rate yang bisa mempengaruhi kinerja emiten ke depan.- Posisi Wall StreetBursa AS masih terus mencetak rekor. Pada akhir pekan lalu (15/11), indeks Standard & Poor's 500 naik 0,4% menjadi 1.798,18. Dalam lima hari terakhir, indeks S&P 500 tercatat naik 1,6%. Sementara itu, indeks Dow Jones Industrial Average naik 0,5% menjadi 15.961,70, rekor baru selama tiga hari berturut-turut. Transaksi akhir pekan lalu melibatkan 6,1 miliar saham, setara dengan transaksi rata-rata tiga bulanan.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sempatkan melirik lima topik rangkuman penting ini
JAKARTA. Sejumlah topik hangat berikut penting disimak sebelum Anda melakukan transaksi:- Menimbang prospek seri SUN acuan Fluktuasi di pasar obligasi diperkirakan masih berlanjut di tahun depan. Tren suku bunga acuan alias BI rate yang tinggi serta rencana pemangkasan stimulus moneter di Amerika Serikat (AS) bakal jadi beberapa sentimen yang akan menekan pasar obligasi domestik. Analis merekomendasikan sejumlah seri SUN jika berniat berinvestasi di surat utang.Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), Fakhrul Aufa mengatakan, empat seri SUN seperti seri FR0068, FR0069, FR0070, dan FR0071 akan menjadi SUN acuan di tahun depan. Untuk itu, investor jangka panjang lebih baik mengakumulasi seri-seri tersebut. Sebab, seri itu menjadi instrumen yang paling likuid dibandingkan seri lainnya. Seri-seri acuan tersebut juga berpotensi mengalami rebound lebih cepat jika pasar obligasi tertekan di 2014.- Investor masih akan minta imbal hasil tinggiDirektorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) berencana menggelar lelang surat utang negara (SUN) pasa Selasa,19 November 2013. Target indikatif lelang ini sebesar Rp 8 triliun.DJPU akan melelang lima seri surat utang, terdiri dari satu surat perbendaharaan negara yang jatuh tempo 7 November 2014 dan empat seri SUN. Keempat seri SUN ini masing-masing seri FR0069 jatuh tempo tahun 2019, FR0070 jatuh tempo tahun 2024, FR0071 jatuh tempo tahun 2029 dan FR0067 jatuh tempo Februari 2044.Fakhrul Aufa, analis Indonesia Bond Pricing Agency mengatakan, sentimen kenaikan BI rate masih akan mempengaruhi permintaan imbal hasil saat lelang, Selasa mendatang. Menurut dia, investor akan meminta yield lebih tinggi dibanding lelang dua pekan sebelumnya. Dari faktor global, membaiknya data-data ekonomi AS akan memunculkan kekhawatiran dipercepatnya pengurangan stimulus.Fakhrul memprediksi, peminat lelang kali ini diperkirakan masih ramai. Adapun potensi permintaan pada lelang mendatang diproyeksi mencapai dua kali target indikatif atau sekitar Rp 16 triliun. Dengan catatan, tidak ada sentimen signifikan yang membuat pasar kurang kondusif. "Meski yield masih akan tinggi, pemerintah tidak akan memaksakan diri memenangkan lelang. Sebab, defisit anggaran ternyata lebih rendah dari target," ujar Fakhrul.- Posisi rupiahRupiah babak belur. Di pasar spot, Jumat (15/11), mata uang Garuda bertengger di level 11.623 atau terperosok 0,67% dibanding sehari sebelumnya. Rupiah di kurs tengah Bank Indonesia (BI) juga turun 0,12% ke level 11.561.Mika Martumpal, Kepala Divisi Riset dan Treasury Bank CIMB Niaga mengatakan, di akhir pekan lalu, kurs rupiah tertekan penguatan dollar AS akibat data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) yang positif. Sebetulnya, nilai tukar rupiah masih mendapatkan sentimen positif dari euforia pasar atas kenaikan tingkat suku bungan acuan BI rate. "Tapi itu hanya mampu membendung pelemahan saja," katanya.Mika memperkirakan, rupiah berpotensi menguat, hari ini. Hal tersebut dipicu oleh mulai bereaksinya pasar terhadap kenaikan suku bunga BI yang dilakukan pekan lalu. Selain itu, seiring ekspektasi ekonomi makro Indonesia yang bakal membaik, pelemahan rupiah bisa sedikit tertahan.- Posisi IHSGIndeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di akhir pekan lalu menurun. IHSG melemah 0,73% ke 4.335,45, Jumat (15/11). Pada saat yang sama bursa regional yang tercermin dari indeks MSCI Asia Pasifik menguat 1,35% ke 141,57.Analis menilai, investor lebih fokus pada berbagai sentimen yang ada di dalam negeri. Analis First Asia Capital, David N Sutyanto menyatakan, pergerakan bursa regional di akhir pekan sebetulnya positif. Anomali hanya terjadi pada bursa Indonesia, yang mengalami penurunan. Ini karena, adanya sentimen negatif berupa kenaikan BI rate yang bisa mempengaruhi kinerja emiten ke depan.- Posisi Wall StreetBursa AS masih terus mencetak rekor. Pada akhir pekan lalu (15/11), indeks Standard & Poor's 500 naik 0,4% menjadi 1.798,18. Dalam lima hari terakhir, indeks S&P 500 tercatat naik 1,6%. Sementara itu, indeks Dow Jones Industrial Average naik 0,5% menjadi 15.961,70, rekor baru selama tiga hari berturut-turut. Transaksi akhir pekan lalu melibatkan 6,1 miliar saham, setara dengan transaksi rata-rata tiga bulanan.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News