Sengitnya perang dagang AS vs China



KONTAN.CO.ID - BEIJING. Ketegangan hubungan dagang antara China dan Amerika Serikat (AS) memuncak bin sengit. Selasa (3/4), Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump merilis proposal tarif impor hingga sebesar 25% terhadap sekitar 1.300 produk asal China.

Tak butuh waktu lama, hanya dalam hitungan jam, China juga langsung mengeluarkan balasan dengan mengumumkan bea masuk impor sebesar 25% untuk sekitar 106 produk dari AS.

Tak kepalang tanggung, proposal tarif impor ala China dikenakan pada produk impor utama asal AS seperti kedelai, pesawat, mobil, whiskey dan bahan kimia. Jika dihitung, nilainya US$ 50 miliar.


Tindakan balasan itu menjadi bukti dari pernyataan Kementerian Perdagangan China yang akan mengambil langkah sama besar untuk membalas tarif impor AS. 

Sebelumnya, US Trade Representative (USTR) merilis daftar usulan pengenaan tarif impor yang bernilai sekitar US$ 50 miliar terhadap produk dari China.

Dalam rincian daftar yang diterima KONTAN, produk China tersebut mayoritas berupa barang teknologi, transportasi dan produk medis seperti antibiotik, robot industrial serta produk perakitan pesawat.

Pengenaan tarif impor ini selalu disebut sebagai hukuman bagi China yang dituduh menjalankan praktik pelanggaran hak atas kekayaan intelektual milik perusahaan AS di China. Tak hanya itu, pungutan ini juga bertujuan untuk memangkas defisit perdagangan negara Pam Sam itu dengan China yang tahun lalu mencapai US$ 375 miliar.

Daftar pajak impor yang diajukan USTR tidak termasuk produk yang berfokus pada produk konsumen seperti ponsel dan laptop yang dirakit di China. Namun tarif tersebut akan berdampak pada kendaraan bermotor listrik maupun berbahan bakar bensin dan komponen televisi layar datar.

USTR menetapkan produk China yang terkena tarif impor lewat algoritma yang didesain untuk memilih produk apa saja yang akan berdampak paling besar terhadap ekspor China. Produk yang sekiranya akan mengganggu perekonomian AS dikecualikan dari daftar 1.300 produk tersebut. Sedangkan produk yang masuk daftar, di peringkat sesuai besarnya dampak  bagi konsumen AS.

Tak pelak, aksi perang datang  AS China tersebut menggoyang bursa Asia. Kemarin, mayoritas bursa Asia memerah. MSCI Asia Pacific Index menurun 0,4% ke level terendah dalam lebih dari tujuh minggu. "Tanggapan China lebih keras dari apa yang pasar harapkan. Investor tidak memperkirakan ini," tandas Gao Qi, analis Scotiabank seperti dikutip Bloomberg.    

Editor: Sanny Cicilia