Sengketa Merpati Hambat Pendanaan 10.000 MW



JAKARTA. Belum juga kebutuhan pendanaan untuk proyek pembangkit listrik 10.000 Mega Watt (MW) terpenuhi semua, PT PLN (Persero) harus dihadapi kemungkinan batalnya pinjaman dari perbankan dan lembaga keuangan asal China. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro secara tegas mengungkapkan, pendanaan proyek pembangkit 10.000 MW dari China tersendat karena masalah pembelian pesawat asal negara tersebut oleh PT Merpati Nusantara Airlanes (MNA). "Pinjaman dari China memang bermasalah, ada pesanan 15 pesawat dari China oleh Merpati. Sebagian sudah dibuat dan sudah dikirimkan, tetapi kontrak diubah. Ini kemudian menjadi masalah politis di sana, akhirnya pendanaan tidak diberikan," kata Purnomo, dalam Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR, Senin (23/2). Pihak China menurut Purnomo meminta pemerintah Indonesia mendesak Merpati untuk menyelesaikan kontrak pembelian pesawat itu, supaya pinjaman bisa dicairkan. "Ini ada sandera menyandera dan ada kemungkinan di bawa arbitrase. Mereka bilang, setelah urusan Merpati kita selesaikan maka pinjaman baru dicairkan," tambahnya. Menurut Direktur Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi Departemen ESDM Jacobus Purwono, pihaknya tidak terkait langsung dengan kemungkinan dibatalkannya pinjaman oleh China tersebut. Purwono menyebut penyelesaian atas masalah itu ada di tangan Menko Perekonomian Sri Mulyani Indrawati. Ditambahkan Purnomo, "Tim dari Indonesia akan segera berangkat ke China sekalian melakukan negosiasi Tangguh di bawah Menko Perekonomian serta membahas 10.000 MW dengan masalah Merpati tadi," jelasnya. Sekadar tambahan informasi, Merpati berencana membeli 15 unit pesawat dari Xian Aircraft Industry Co Ltd (XAC). Namun kontrak kemungkinan dibatalkan karena diduga terjadi penggelembungan harga dan ketidakjelasan spesifikasi pesawat yang dipesan. Harga pesawat yang ditawarkan kepada Merpati adalah US$ 15 juta per unit dan harga kontrak tersebut lebih mahal dari harga normal pesawat sejenis di pasaran sekitar US$ 11 juta. Kontrak pengadaan sendiri diteken pada 7 Juni 2006. Dua dari 15 pesawat pesanan telah dikirim dan sampai ke Jakarta pada 6 September 2006. Namun, sampai sekarang Merpati belum mengambil sisa 13 pesawat pesanan itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie