Senin, IHSG rawan koreksi akibat profit taking



JAKARTA. Pada perdagangan awal pekan ini, IHSG akan bergerak bervariasi rawan koreksi. Hal ini disebabkan aksi ambil untung jangka pendek. Sentimen pasar akan digerakkan dengan sejumlah isu individual, seperti rilis kinerja keuangan 2015 emiten yang banyak dirilis menjelang akhir Maret.

"IHSG akan bergerak di kisaran support 4860 dan resisten di 4910 rawan koreksi," ujar David Sutianto dalam Market Research, Senin (21/3).

Pasca penurunan BI Rate 25 basis poin menjadi 6,75%, IHSG bergerak bervaiasi pada perdagangan akhir pekan lalu dan tutup stagnan di 4885,708 setelah sempat menguat menembus 4900 di sesi pertama.


Pelaku pasar, terutama investor lokal melakukan aksi ambil untung atas saham-saham di sektor pertambangan setelah rally dalam beberapa pekan terakhir. Di sisi lain arus dana asing terus membanjiri pasar saham, tercermin dari pembelian bersih asing hingga Rp 747 miliar di tengah nilai transaksi di Pasar Reguler yang mencapai Rp 7,1 triliun.

Sentimen positif pasar akhir pekan lalu turut ditopang putusan The Fed yang menahan tingkat bunganya di 0,5% dan menurunkan proyeksi kenaikan tingkat bunga Fed Fund Rate (FFR) tahun ini menjadi dua kali dari rencana sebelumnya empat kali. Indeks The MSCI Emerging Market akhir pekan lalu naik 1,2% merespon kebijakan The Fed tersebut.

Selama sepekan IHSG berhasil rebound 1,5% setelah pekan sebelumnya koreksi 0,76%. Pasar digerakkan oleh derasnya arus dana asing yang masuk seiring kebijakan dana murah (easy money) yang dipilih banyak negara saat ini untuk menahan perlambatan ekonomi global.

Pembelian bersih asing sepekan kemarin mencapai Rp 875,81 miliar. Selain IHSG, rupiah pekan lalu kembali menguat 0,3% di Rp 13.048 per US dolar. Sepanjang tahun ini rupiah telah menguat 5,4% (YTD).

Penguatan IHSG pekan kemarin terutama ditopang penguatan sejumlah saham unggulan seperti TLKM, ASII, BBCA dan sejumlah saham lapis dua yang bergerak di properti. Selain itu juga ditopang saham sektor energi dan logam seiring tren penguatan harga komoditasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto