JAKARTA. Harga minyak dunia yang kini jatuh pada kisaran US$ 27 per barel sampai US$ 30 per barel mengingatkan memori kita pada harga minyak tahun 80-an. Ini pula yang menyebabkan kebangkrutan bisnis migas. Di sisi lain kondisi ini merangsang perusahaan migas melakukan konsolidasi. Perusahaan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) minyak dan gas mulai kelimpungan akibat harga minyak mentah terus longsor di bawah US$ 30 per barel. Sebagian KKKS bahkan sudah memutuskan menunda investasi. Sebagian yang lain mencoba bertahan dengan efesiensi, termasuk mengurangi jumlah karyawan. Semuanya mereka lakukan agar tetap bisa bertahan dan menghindari kebangkrutan. Dari 80 wilayah produksi migas di Indonesia, kata Kepala Sub Bagian Humas Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Elan Biantoro, sebanyak 60%-70% KKKS sakit karena tidak lagi menghasilkan profitnya.
Senjakala bisnis migas di Indonesia
JAKARTA. Harga minyak dunia yang kini jatuh pada kisaran US$ 27 per barel sampai US$ 30 per barel mengingatkan memori kita pada harga minyak tahun 80-an. Ini pula yang menyebabkan kebangkrutan bisnis migas. Di sisi lain kondisi ini merangsang perusahaan migas melakukan konsolidasi. Perusahaan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) minyak dan gas mulai kelimpungan akibat harga minyak mentah terus longsor di bawah US$ 30 per barel. Sebagian KKKS bahkan sudah memutuskan menunda investasi. Sebagian yang lain mencoba bertahan dengan efesiensi, termasuk mengurangi jumlah karyawan. Semuanya mereka lakukan agar tetap bisa bertahan dan menghindari kebangkrutan. Dari 80 wilayah produksi migas di Indonesia, kata Kepala Sub Bagian Humas Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Elan Biantoro, sebanyak 60%-70% KKKS sakit karena tidak lagi menghasilkan profitnya.